Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham Asia menguat pada hari Selasa (14/11). Investor hati-hati menjelang laporan inflasi penting Amerika Serikat (AS) yang dapat sangat mempengaruhi prospek kebijakan Federal Reserve. Sementara yen yang rapuh mendekati posisi terendah dalam satu tahun, menempatkannya kembali dalam zona intervensi.
Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang menguat 0,49%. Sedangkan Nikkei Tokyo menguat 0,36%. Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,61%.
Yen Jepang berada di 151,71 per dolar pada jam Asia, setelah menyentuh level terendah satu tahun di 151,92 pada hari Senin. Jika mata uang yang terpuruk ini menembus di bawah level terendah tahun lalu di 151,94, maka hal ini akan menandai level terendah baru dalam 33 tahun.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan bahwa pemerintah akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menanggapi pergerakan mata uang. Dia mengulangi pernyataannya yang biasa bahwa perubahan yang berlebihan tidak diinginkan.
Baca Juga: IHSG Tembus Resistance 6.860, Cek Rekomendasi BBCA, BMRI, AMRT, PGEO, MDKA, dan MEDC
Laporan inflasi AS yang akan dirilis malam ini, mendapat perhatian investor pada hari Selasa. Investor terutama menunggu data inflasi setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan para pembuat kebijakan mengatakan mereka masih tidak yakin bahwa suku bunga cukup tinggi untuk mengendalikan inflasi.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan inflasi harga konsumen utama AS melambat menjadi 3,3% di bulan Oktober dari 3,7% di bulan September. Tingkat inflasi inti yang tidak menyertakan komponen-komponen yang mudah menguap diprediksikan tidak berubah.
“Data ini memiliki pengaruh signifikan terhadap arah kebijakan Federal Reserve di masa depan,” kata Anderson Alves, pedagang ActivTrades kepada Reuters.
"Jika komponen inflasi inti tidak terlalu fluktuatif, mungkin para pedagang percaya bahwa The Fed dapat menahan diri untuk tidak menaikkan suku bunga lebih lanjut. Sebaliknya, jika data tersebut lebih tinggi, maka akan mendorong penyesuaian harga yang nyata pada kurva suku bunga AS jangka pendek," imbuh Alves.
Baca Juga: IHSG Menguat Pada Selasa (14/11) Pagi, Kembali Positif Sejak Awal Tahun
Saham-saham Tiongkok menguat, dengan indeks blue-chip CSI 300 naik 0,40%. Sementara Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,57%, menjelang pertemuan puncak antara para pemimpin utama dari dua perekonomian terbesar di dunia pada akhir pekan ini.
Imbal hasil US Treasury tenor 10-tahun yang menjadi acuan naik 2,2 basis poin menjadi 4,654%, sedikit berkurang dari puncak satu minggu pada hari Senin di 4,696%.
Moody's memangkas prospek peringkat kredit AS yang ada di AAA menjadi "negatif" dari sebelumnya "stabil" pada hari Jumat. Penurunan outlook ini dengan alasan defisit fiskal yang besar dan penurunan keterjangkauan utang. Keputusan Moody's diambil setelah pesaingnya, Fitch, menurunkan peringkat kredit utama AS pada bulan Agustus.
Gary Dugan, CIO Dalma Capital, mengatakan langkah ini menggarisbawahi tantangan struktural signifikan yang dihadapi perekonomian AS, yang ditandai dengan tingkat utang yang tidak berkelanjutan dan keringanan fiskal.
“Dengan pemilihan presiden yang tinggal setahun lagi, kecil kemungkinannya pemerintah akan mengumumkan proposal yang signifikan untuk mengatasi permasalahan ini, mengingat tidak populernya janji pemotongan belanja dan kenaikan pajak,” kata Dugan.
AS akan kembali menghadapi penutupan sebagian pemerintahan mulai Sabtu jika Kongres tidak meloloskan rancangan undang-undang belanja sementara.
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Tipis ke Rp 15.694 Pada Selasa (14/11) Pagi
Kurs yen dalam pengamatan
Penurunan luas nilai tukar yen membuat para pedagang kembali mengawasi apakah pemerintah Jepang akan melakukan intervensi. Mata uang ini turun sekitar 14% terhadap dolar sepanjang 2023.
Yen sempat melonjak terhadap dolar AS pada Senin malam setelah mencapai titik terendah sepanjang tahun ini. Pelemahan yen oleh para analis dikaitkan dengan kesibukan perdagangan opsi yang akan jatuh tempo minggu ini.
Nicholas Chia, ahli strategi makro di Standard Chartered, mengatakan fluktuasi yen menunjukkan kekhawatiran pasar terhadap risiko intervensi, yang juga membantu pihak berwenang dalam membatasi spekulasi berlebihan.
Jepang terakhir melakukan intervensi di pasar mata uang – menjual dolar dan membeli yen – pada Oktober tahun lalu. Data intervensi yang dirilis bulan lalu menunjukkan pihak berwenang telah menghindari tindakan serupa sejak saat itu.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang rivalnya, naik 0,057% pada 105,69. Indeks ini turun 1% di bulan November, menuju penurunan bulanan setelah menguat tiga bulan beruntun.
Harga minyak sedikit lebih tinggi setelah laporan OPEC menyatakan fundamental pasar tetap kuat. Minyak mentah AS naik 0,26% menjadi US$ 78,46 per barel dan Brent datar hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News