Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga emas berjuang untuk mendapatkan momentum di awal perdagangan sesi Asia pada hari Jumat (30/6). Di sisi lain, para pedagang menanti data inflasi utama Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis hari ini setelah serangkaian data yang kuat dan komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve yang menaikkan taruhan kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Jumat (30/6) pukul 08.30 WIB, harga emas spot bergerak datar di level US$ 1.908,33 per ons troi. Itu mencapai level terendah sejak pertengahan Maret di US$ 1.892,82 pada hari Kamis.
Sementara, harga emas berjangka untuk kontrak pengiriman Agustus 2023 turun 0,1% menjadi US$ 1.916,40 per ons troi.
Di sisi lain, indeks dolar AS stabil di dekat level tertinggi dua minggu di sesi sebelumnya, membuat emas mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Harga Emas Terkoreksi, Dibayangi Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga The Fed
Data AS pada hari Kamis (29/6) menunjukkan, pasar tenaga kerja yang tangguh, sementara produk domestik bruto untuk kuartal pertama direvisi naik. Hal tersebut membuat alasan yang kuat bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga guna menurunkan inflasi.
Sementara Ketua The Fed Jerome Powell mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku, setidaknya dua kali lebih banyak pada akhir tahun. Sedangkan, Presiden Fed Bank Atlanta Raphael Bostic mengatakan jelas bahwa inflasi telah turun.
Investor sekarang melihat peluang 89% dari kenaikan 25 basis poin pada bulan Juli, menurut alat Fedwatch CME. Suku bunga tinggi menghambat investasi dalam emas yang tidak menghasilkan.
Benchmark US Treasury untuk tenor 10 tahun melonjak pada hari Kamis. Kenaikan imbal hasil treasury membuat emas kurang menarik dengan menaikkan biaya peluang untuk menahannya.
Pelaku pasar sedang menunggu data pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) untuk bulan Mei, dengan PCE inti diharapkan menjadi 4,7% pada basis tahun-ke-tahun, jauh di atas target Fed sebesar 2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News