Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Selasa (2/5), mayoritas ditutup naik. Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, kenaikan ini karena investor mempertahankan fokus perhatian mereka pada krisis perbankan di Amerika Serikat (AS), rilis sejumlah data ekonomi, dan pertemuan bank sentral di AS dan Eropa minggu ini.
Bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA) secara tak terduga menaikkan suku bunga acuan sehingga memperkuat spekulasi bahwa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut juga akan terjadi di AS dan Eropa.
Pada saat sebagian besar pengamat ekonomi memprediksi jeda (pause), RBA menaikkan suku bunga acuan cash rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 3.85%, tertinggi sejak 2012. Kenaikan suku bunga ini dengan alasan tingkat inflasi masih terlalu tinggi dan memperingatkan bahwa pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menjinakkan inflasi.
Baca Juga: IHSG Turun 0,76% ke 6.863 Hingga Tutup Pasar Saham Selasa (2/5)
Pekan lalu, rilis data indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) memberi konfirmasi bahwa laju inflasi sudah mulai melambat di kuartal ketiga 2023 dari tingkat tertingginya dalam 33 tahun. Tetapi inflasi diproyeksikan akan kembali ke 3%, batas atas target inflasi 2%-3% RBA di pertengahan 2025. RBA memprediksi inflasi akan melambat menjadi 4,5% tahun ini, turun dari proyeksi sebelumnya 4,75%.
Pada hari Rabu (3/5), bank sentral AS Federal Reserve diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Sementara bank sentral Eropa (ECB) berpotensi memberi pasar kejutan dengan kenaikan suku bunga sebesar 50 bps pada hari Kamis.
Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) merevisi proyeksi ekonomi Asia. IMF memperingatkan risiko dari inflasi yang masih tinggi serta volatilitas pasar finansial global yang dipicu oleh krisis perbankan di dunia barat.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Saat Fenomena Sell In May and Go Away di Tahun 2023
Pembukaan kembali (reopening) ekonomi China akan sangat penting bagi kawasan Asia karena lebih berfokus pada konsumsi dan permintaan sektor Jasa dari pada Investasi. Ekonomi Asia diproyeksikan ekspansi 4.6% tahun ini, setelah tumbuh 3.8% di tahun 2022, menyumbangkan 70% dari pertumbuhan ekonomi global.
China dan India akan menjadi mesin pendorong, dengan pertumbuhan masing-masing 5.2% dan 5.9% meskipun pertumbuhan negara-negara lain di Asia diyakini akan mencapai dasarnya (bottoming out) tahun ini.
IMF memangkas pertumbuhan ekonomi Asia tahun depan menjadi 4.4% dan memperingatkan risiko dari inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi, perlambatan permintaan global serta dampak dari tekanan pada sektor perbankan di AS dan Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News