kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.708.000   17.000   1,01%
  • USD/IDR 16.335   0,00   0,00%
  • IDX 6.788   -6,83   -0,10%
  • KOMPAS100 1.009   -1,54   -0,15%
  • LQ45 781   -2,24   -0,29%
  • ISSI 211   0,76   0,36%
  • IDX30 405   -1,54   -0,38%
  • IDXHIDIV20 488   -3,62   -0,74%
  • IDX80 114   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 120   -0,76   -0,63%
  • IDXQ30 133   -0,78   -0,59%

Bursa Asia Dipenuhi Berita yang Berpotensi Menggerakkan Pasar pada Selasa (18/2) Ini


Selasa, 18 Februari 2025 / 05:54 WIB
Bursa Asia Dipenuhi Berita yang Berpotensi Menggerakkan Pasar pada Selasa (18/2) Ini
ILUSTRASI. Fotografer mengambil foto harga penutupan saham dan nilai tukar valas di papan selama upacara yang menandai berakhirnya perdagangan pada tahun 2024 di Bursa Efek Tokyo (TSE) di Tokyo,REUTERS/Kim Kyung-Hoon


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Pasar Asia dipenuhi dengan berita yang berpotensi menggerakkan pasar pada Selasa ini (18/2).

Keputusan suku bunga Australia, lonjakan sektor teknologi China, serta data pertumbuhan ekonomi Jepang yang mengejutkan menjadi sorotan utama bagi para investor.

Semua ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik yang terus berkembang terkait hubungan AS-Eropa dan perang Rusia-Ukraina.

Dari sisi ekonomi, fokus utama akan tertuju pada keputusan Reserve Bank of Australia (RBA) yang diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,10%. Ini akan menjadi pemotongan pertama dalam lebih dari empat tahun.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Teknikal Saham MEDC, ASII dan ISAT untuk Perdagangan Selasa (18/2)

Penurunan inflasi telah membuka ruang bagi siklus pemangkasan suku bunga, tetapi hanya dalam skala terbatas.

Pasar uang hanya memperkirakan pemangkasan total 50 basis poin sepanjang tahun ini setelah keputusan hari Selasa.

Jika benar terjadi, RBA akan menjadi salah satu bank sentral G10 terakhir yang memangkas suku bunga.

Sebagai perbandingan, bank sentral Norwegia belum memulai pemangkasan, sementara Bank of Japan justru menaikkan suku bunga.

Siklus ini bisa semakin cepat setelah data terbaru menunjukkan ekonomi Jepang tumbuh 2,8% secara tahunan pada kuartal Oktober-Desember 2024, hampir tiga kali lipat dari perkiraan konsensus sebesar 1% dalam survei Reuters.

Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Melonjak, Senin (17/2)

Perkiraan tertinggi dalam survei dari 17 ekonom hanya 2,2%, yang berarti hasil aktual melampaui ekspektasi pasar.

Nilai tukar yen dan imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB) melonjak.

Data inflasi dan pertumbuhan upah terbaru juga menunjukkan kenaikan di atas perkiraan, tetapi Bank of Japan tetap berhati-hati dalam menaikkan suku bunga mengingat pengalaman puluhan tahun menghadapi deflasi dan kebijakan moneter ultra-longgar.

Imbal hasil JGB tenor 2 tahun dan 10 tahun kini berada di level tertinggi sejak 2008 dan telah meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir, hampir dua kali lipat sejak September.

Dampaknya terhadap bisnis, rumah tangga, dan investor masih perlu diamati lebih lanjut.

Baca Juga: Dana Asing Kembali Masuk Bursa, Cermati Saham yang Banyak Diborong di Awal Pekan

Pasar Teknologi China Melonjak

Sementara itu, pasar saham China terus mengalami rebound, terutama sektor teknologi.

Saham teknologi di Hong Kong mencapai level tertinggi dalam tiga tahun pada Senin, menyusul pertemuan Presiden Xi Jinping dengan para pemimpin teknologi di Beijing.

Indeks teknologi Hang Seng telah melonjak lebih dari 30% dalam sebulan terakhir.

Pertemuan langka Xi dengan para pemimpin teknologi memberikan sinyal kuat bahwa pemerintah mulai mengubah sikap setelah empat tahun pengetatan regulasi yang menekan sektor ini.

Namun, tidak semua berita positif. Saham Baidu anjlok pada hari Senin (17/2), menghapus US$2,4 miliar dari nilai pasarnya, setelah pendiri perusahaan tersebut tidak terlihat dalam pertemuan dengan Xi.

Baca Juga: IHSG Terbang 2,9%, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Selasa (18/2)

Dampak Geopolitik Terhadap Pasar

Di tengah pergerakan besar ini, dunia juga menyaksikan perkembangan geopolitik yang berpotensi mengubah lanskap global.

Amerika Serikat dan Eropa mengalami ketegangan, sementara mantan Presiden Donald Trump berperan dalam menengahi perdamaian antara Rusia dan Ukraina dengan Presiden Vladimir Putin.

Kesepakatan damai—bahkan jika itu adalah "kesepakatan kotor yang jelas menguntungkan Rusia", seperti yang dikatakan oleh Danske Bank—berpotensi meningkatkan selera risiko pasar dalam jangka pendek.

Hal ini bisa menekan dolar AS dan harga minyak, tetapi di sisi lain, potensi keretakan hubungan AS-Eropa yang telah bertahan selama 80 tahun sejak Perang Dunia II dapat meningkatkan premi risiko di pasar global dalam jangka panjang.

Selanjutnya: Geber Aksi Korporasi, Saham Elang Mahkota Teknologi (EMTK) Terlihat Seksi

Menarik Dibaca: Simak 5 Keuntungan Jadi Orang Sensitif, Salah Satunya Lebih Peka

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×