kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BULL terancam default untuk kali kedua


Kamis, 22 Januari 2015 / 12:20 WIB
BULL terancam default untuk kali kedua
ILUSTRASI. Dok.PT Bank MNC Internasional Tbk


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Nasib restrukturisasi utang PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) ada di tangan pemegang saham. Jika para pemegang saham tidak menyetujui rencana korporasi perseroan, emiten pelayaran ini kembali terancam gagal bayar (default).

Kreditur BULL, Merrill Lynch Credit Products LLC and Orchard Centar Master Limited (MLOR) memberikan waktu bagi perseroan untuk membayar sisa utang pokok pada 15 Januari 2015. Nilai utang yang dimaksud sebesar US$ 7,8 juta.

"Jika dalam RUPSLB perseroan tidak mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk Non HMETD, perseroan akan mengalami default," ujar Wong Kevin, Direktur Utama BULL dalam penjelasannya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Total utang BULL kepada MLOR mencapai US$ 30 juta. Penarikan utang dilakukan pada 22 September 2011 dengan jangka waktu 12 bulan. Bunga yang dikenakan sebesar 9% dan dibayar setiap kuartal.

Namun, perseroan gagal memenuhi kewajiban dan dinyatakan gagal bayar pada 2012. Kemudian, bunga yang dibebankan membengkak menjadi 20% per tahun.

Hal itu membuat perseroan sulit mengembangkan bisnisnya. Akhirnya, setelah dua tahun perseroan, induk usaha, PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA), dan MLOR menyepakati restrukturisasi.

Pokok utang BULL kepada MLOR senilai US$ 22,2 juta dan bunga serta denda sebesar US$ 7,8 juta diselesaikan dengan mengalihkan 5,8 miliar saham saham BULL milik BLTA yang dijaminkan.

Harga per saham itu dibanderol Rp 64,21 per saham. Adapun, saham BULL tersebut dialihkan ke pihak yang ditunjuk MLOR, yakni PT Delta Royal Sejahtera (DRS). Adapun, sisa US$ 7,8 juta dibayar dengan saham BULL melalui penerbitan saham tanpa hak memesan efek terlebih dahulu.

Perseroan akan menerbitkan 220,62 juta saham baru seri B seharga Rp 439 per saham. Namun, sebelum itu, berdasarkan kesepakatan, perseroan akan melakukan penggabungan nilai saham (reverse stock). Rasionya 8:1 sehingga nilai nominal saham perseroan menjadi Rp 800 dan harga saham menjadi Rp 400 per saham.

Rencananya, BULL akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 20 Februari mendatang. Nah, jika pemegang saham tidak menyetujui rencana ini, maka, ancaman default di depan mata.

Namun, Wong optimistis, pemegang saham akan memberikan restunya.

"Manajemen berpendapat ini (restrukturisasi) adalah alternatif terbaik bagi perseroan dan pemegang saham," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×