Reporter: Yuliana Hema | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Senin (3/2), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) resmi mengesahkan pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), sebuah badan pengelola investasi yang diharapkan memberikan dampak signifikan pada pasar saham Indonesia.
Badan ini terbentuk melalui Revisi Undang-Undang (RUU) tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 19 Tahun 2023 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Kehadiran BPI Danantara diharapkan bisa menjadi pendorong positif bagi pasar ekuitas, meskipun dampaknya belum sepenuhnya tercermin dalam reaksi pasar.
Baca Juga: Menakar Dampak Pengesahan BPI Danantara Terhadap Pasar Saham
Hans Kwee, Pengamat Pasar Modal dan Direktur Anugerah Mega Investama menyatakan bahwa meskipun kehadiran BPI Danantara memiliki potensi positif, sentimen pasar Indonesia masih terhambat karena pelaku pasar masih menunggu kepastian lebih lanjut.
“Kehadiran Danantara sebenarnya positif, tetapi pelaku pasar Indonesia belum menangkap sentimen positif tersebut karena masih menunggu,” jelasnya dalam wawancara dengan Kontan, Rabu (5/2).
Edwin Sebayang, Direktur Purwanto Asset Management, menambahkan bahwa BPI Danantara bisa memberikan dampak signifikan bagi pasar saham, asalkan ada kejelasan dari segi regulasi dan struktur pasar.
Jika hal tersebut dapat dipastikan, maka investor akan lebih percaya diri dalam menilai prospek investasi, baik dari sisi BUMN maupun perusahaan swasta terkait.
“Kejelasan ini bisa meningkatkan likuiditas pasar ekuitas karena investor bisa menilai dengan lebih baik antara risiko dan potensi imbal hasil,” kata Edwin.
Baca Juga: Harga Saham Blue Chip Ini Terus Melemah, Ada Potensi Rebound?
Namun, ia juga mengingatkan adanya potensi tumpang tindih antara kegiatan BPI Danantara dan BUMN yang sudah ada, yang dapat menimbulkan kekhawatiran terkait persaingan.
“Jika terjadi tumpang tindih, bisa menurunkan daya tarik,” tambahnya.
Budi Frensidy, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI), berpendapat bahwa meskipun Danantara akan memainkan peran sebagai holding, dampaknya terhadap pasar saham atau Bursa Efek Indonesia (BEI) bisa sangat terbatas.
Menurutnya, Danantara tidak akan menjadi perusahaan terbuka, dan tidak berfungsi sebagai market maker atau liquidity provider.
“Yang lebih diperlukan pasar saat ini adalah market maker atau liquidity provider untuk mengawal indeks,” ujar Budi.
Baca Juga: Menanti Tuah Ekspansi dan Aksi Danantara
Potensi Terhadap Saham Underlying
Pada tahap awal, BPI Danantara akan mengelola tujuh BUMN besar, di antaranya Pertamina, Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
MIND ID beranggotakan perusahaan-perusahaan besar seperti PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Freeport Indonesia, PT Indonesia Asahan Aluminium, dan PT Timah Tbk (TINS), serta PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Danantara juga akan mengelola beberapa BUMN yang sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Menurut Miftahul Khaer, Analis Riset Ekuitas dari Kiwoom Sekuritas, BPI Danantara berpotensi memberikan dampak positif bagi emiten yang menjadi aset kelolaan.
Sinergi dan akses pendanaan yang lebih luas dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing emiten. “Namun, dampak nyatanya sangat bergantung pada implementasinya,” kata Miftahul.
Baca Juga: Danantara Jadi Pengendali dan Pengelola BUMN dengan Aset Capai Rp 10.000 Triliun
Rekomendasi Saham: BBRI, BMRI, dan TLKM
Dengan kondisi pasar saham yang tengah terkoreksi, Hans Kwee menyarankan investor untuk mencermati saham blue-chip dan big banks, seperti BBRI, BMRI, BBNI, dan TLKM.
Hans juga merekomendasikan akumulasi beli saham-saham tersebut, karena Danantara dapat meningkatkan produktivitas emiten tanpa terbebani kepentingan politik.
Miftahul Khaer juga menilai saham BBRI, BMRI, dan TLKM menarik untuk dicermati, namun investor disarankan untuk menunggu perkembangan lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi.
Kiwoom Sekuritas merekomendasikan hold untuk saham BBRI dengan target harga Rp 4.360, serta trading buy untuk TLKM dengan target harga Rp 2.750.
Selanjutnya: Meski Kinerja Keuangan Bank BCA (BBCA) Apik, Investor Asing Tampak Kurang Tertarik
Menarik Dibaca: Ini Cara Urus Percepatan Paspor Sehari Jadi dan Biayanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News