Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang menjadi cikal bakal superholding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dinilai masih belum bisa memberikan dampak positif kepada pasar saham.
Pasalnya ada sejumlah emiten BUMN yang akan diambilalih oleh BPI Danantara. Mereka ialah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Selain perusahaan yang sudah listing di bursa saham, badan investasi bikinan Presiden Prabowo Subianto ini juga akan mengambil alih PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), PT Pertamina dan PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID).
Baca Juga: Menakar Dampak Kehadiran BPI Danantara Terhadap Pasar Saham
Direktur Purwanto Asset Management Edwin Sebayang mengatakan, BPI Danantara ini memiliki beberapa dampak signifikan terhadap pasar, yaitu peningkatan efisiensi, stabilitas pasar, akses modal yang lebih baik dan pengaruh terhadap kebijakan ekonomi.
"Meski memiliki dampak signifikan, tetapi realisasi atau penerapannya tidak ada semudah yang dibayangkan lantaran akan ada beberapa risiko dan kendala yang bakal dihadapi," jelasnya kepada Kontan, Selasa (19/11).
Pertama, adanya risiko monopoli jika kontrol pasar tidak dilakukan dengan baik. Kedua, dengan terintegrasinya BUMN, ada kemungkinan terjadi perubahan dalam struktur pasar.
Baca Juga: BPI Danantara dan Dana Abadi Indonesia
Ketiga, kendala koordinasi dan manajemen karena mengintegrasikan berbagai BUMN dengan budaya, sistem, dan proses yang berbeda dapat menyulitkan koordinasi. Untuk itu Edwin menilai perlu pemimpin yang kuat.
Keempat, kendala regulasi dan kebijakan karena perubahan ini diperlukan untuk mendukung superholding dalam menghadapi tantangan dalam persetujuan dan implementasi.
Kelima, adanya kendala resistansi dari stakeholder atas perubahan yang ada. Keenam, kendala integrasi sistem informasi teknologi (IT) yang bisa menghambat efisiensi yang diharapkan.
"Kemudian adanya potensi kendala pembiayaan, jika dana yang diperlukan untuk membentuk dan menjalankan superholding tidak tersedia atau sulit untuk didapatkan," ucap Edwin.
Baca Juga: Menakar Nasib IHSG & Pasar Saham Indonesia Usai Rating Turun dan Jeblok di Kawasan
Kemudian kendala ketidakpastian ekonomi yang tidak stabil dapat mempengaruhi kemampuan dan strategi superholding. Terakhir, kendala kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai kehadiran BPI Danantara ini belum pasti memiliki efek positif. Ini berkaca dari holding BUMN di beberapa industri yang sudah terbentuk.
"Dan sejauh ini semuanya belum memberikan katalis yang diharapkan. Sebenarnya, yang lebih diperlukan adalah market maker atau liquidity provider untuk saham-saham BUMN," kata Budi.
Selanjutnya: Harga Emas Antam Naik Rp 7.000 Menjadi Rp 1.498.000 Per Gram Pada Hari Ini (20/11)
Menarik Dibaca: 40 Ucapan Hari Anak Sedunia 2024 untuk Meningkatkan Kesadaran Anak di Seluruh Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News