Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Edy Can
JAKARTA. Setelah mengurangi kewajibannya secara bertahap, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), kembali menggali utang baru. Induk usaha emiten Grup Bakrie ini siap menegosiasikan utang dengan kreditur asal Korea Selatan demi mendanai proyek PLTU Tanjung Jati A. "Minggu depan kami akan ke Korea Selatan untuk membicarakan kontrak dan masalah pendanaan," ungkap Eddy Soeparno, Direktur Keuangan BNBR di Jakarta, belum lama ini.
BNBR melalui anak usahanya, PT Bakrie Power, mulai menghidupkan lagi proyek PLTU Tanjung Jati A yang sempat mangkrak lebih dari satu dekade. Grup Bakrie menggandeng konglomerasi asal Korsel, yakni Samsung C&T Corporation.
Demi melancarkan proyek PLTU Tanjung Jati AS yang bernilai total US$ 2 miliar ini, BNBR mengharapkan Samsung bisa memaksimalkan jaringannya di Korsel untuk mengatasi masalah pendanaan.
Manajemen BNBR berpendapat, pinjaman perbankan asal Negeri Ginseng merupakan opsi paling masuk akal. "Kami akan mencari pinjaman bank ekspor dan bank komersial di Korsel, karena bank lokal kemungkinan tidak bisa," tutur Eddy.
Selain mencari kredit, BNBR selama di Korsel akan berunding soal pembagian porsi saham di proyek PLTU Tanjung Jati A. Yang sudah pasti, BNBR ingin menjadi pemegang saham mayoritas. Dengan skenario itu, Grup Bakrie setidaknya harus menyediakan dana US$ 1 miliar.
BNBR sejatinya mendekap proyek pembangkit listrik berkapasitas 2x600 Megawatt ini sejak 1996. Kala itu, Bakrie Power memenangi tender bersama konsorsium PT Tanjung Jati Power Company.
Selain Bakrie, konsorsium itu beranggotakan PT Maharani Paramitra, Tomen Power Corporation, serta International Power. Dua nama terakhir berasal dari Jepang. Belakangan, Bakrie ditinggal anggota konsorsium yang lain.
Bakrie Power punya beberapa pertimbangan memilih Samsung sebagai mitra terbaru. Selain berpengalaman membangun dan mengelola pembangkit listrik, Samsung C&T sanggup menyiapkan financing. Samsung bersedia menjadi pemegang saham.
Analis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere berpendapat, rencana Grup Bakrie membangun proyek pembangkit listrik akan berdampak positif bagi kinerja perusahaan dalam jangka panjang.
Tapi pendanaan proyek yang besar berpotensi membebani keuangan BNBR. "Beban bunga BNBR akan membengkak," imbuh dia.
Dus, peluang perusahaan untuk menggali lubang tutup lubang sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, Nico belum merekomendasikan beli untuk saham BNBR. Harga BNBR, Jumat (15/4), tidak berubah dari posisi penutupan sebelumnya, Rp 66 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News