Reporter: Didik Purwanto, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) menutup tahun 2010 dengan melunasi utang ke sejumlah kreditur. Dalam keterbukaan informasinya, manajemen BNBR menyatakan telah menyelesaikan utang kepada sejumlah kreditur senilai Rp 2,25 triliun.
R. A Sri Dharmayanti, Sekretaris Perusahaan BNBR dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia menyatakan, utang yang dilunasi itu juga mencakup pinjaman dari Piper Price & Company Limited serta Brentwood Ventures Pte Ltd. Menurutnya, penandatanganan perjanjian pelunasan utang tersebut berlangsung pada 19 November dan terlaksana pada 30 Desember silam.
Sri menambahkan, pelunasan utang dilakukan dengan menyerahkan kepemilikan BNBR di sejumlah anak perusahaan grup Bakrie yang menjadi jaminan ke kreditur. Yang diserahkan ke kreditur adalah saham-saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP), PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL), serta PT Bakrieland Development Tbk (ELTY).
Namun jika mengutip data kepemilikan saham di RTI, BNBR sudah tidak memiliki saham di ELTY dan ENRG. Sedangkan di BUMI, BNBR masih menggenggam saham sebesar 3,55% atau sebanyak 671,16 juta saham. Saham BNBR di UNSP sebesar 1,63 miliar atau sebanyak 12,05%. Di BTEL, BNBR masih memiliki 16,85% atau 4,8 miliar saham.
Eddy Suparno, Direktur Keuangan BNBR masih belum mau mengungkapkan secara detail komposisi penyerahan saham tersebut.
Kendati demikian, Eddy menegaskan, mekanisme pembayaran utang BNBR itu telah mengacu ke aturan transaksi material dan dikecualikan berdasarkan peraturan Bapepam-LK No.IX.E.2 serta diselesaikan tanpa pihak terafiliasi. "Kami dikecualikan karena merupakan perusahaan investasi dan hanya jual-beli aset," tambahnya.
Sepanjang 2010, utang BNBR masih sekitar Rp 9 triliun. Namun Eddy bilang, sampai September 2010, mereka telah merestrukturisasi utang sebesar Rp 1,3 triliun dan Rp 2,25 triliun lagi di Desember. Sehingga utang yang telah dilunasinya hingga akhir tahun lalu mencapai sekitar Rp 3,5 triliun. Ini berarti utang perseroan masih tersisa sekitar Rp 5,5 triliun.
Ke depan, BNBR masih akan fokus untuk menyelesaikan tagihan utang mereka. Di tahun ini BNBR akan mengurangi utang sebanyak Rp 3,5 triliun hingga Rp 4 triliun. "Mekanismenya kurang lebih sama yaitu settlement dengan saham anak usaha," papar dia.
Tidak membebani
Opsi tersebut menurut Eddy cenderung tidak membebani kinerja keuangan BNBR. Selain itu, BNBR akan mencari pendanaan baik melalui penerbitan obligasi ataupun penawaran saham baru (rights issue). Selama ini, beban hanya dirasakan oleh BNBR saja. Nah, dengan cara ini, BNBR bisa membagi resiko.
Pengamat pasar modal Dandossi Matram menilai mekanisme pembayaran utang BNBR melalui settlement dengan saham anak usaha cenderung menguntungkan BNBR. Ia menilai, cara pembayaran utang tersebut berbiaya murah. Dia juga menilai, mekanisme pembayaran utang BBR itu terbilang kreatif.
Selain itu, mekanisme settlement menggunakan saham anak usaha akan menguntungkan pemegang saham BNBR. Sebab, utang yang membebani BNBR akan berkurang.
Dandosi juga menilai, mekanisme pembayaran semacam itu tidak merugikan kreditur. Sebab ada kepastian pembayaran utang, meski dengan cara settlement saham. "Jika mau kreditur bisa menjual lagi settlement sahamnya kalau perlu dana tunai," sarannya.
Dandossi juga melihat kinerja BNBR ke depan akan jauh lebih baik meski hingga kuartal III-2010 masih merugi. Di akhir bulan September 2010, BNBR masih menanggung kerugian Rp 565,9 miliar. Kondisi ini sangat kontras dibandingkan tahun lalu saat perusahaan ini membukukan laba bersih Rp 40,48 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News