Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aset berisiko seperti kripto tampak unjuk gigi di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) – China. Harga bitcoin (BTC), misalnya, telah meningkat lebih dari 11% dalam sepekan.
Mengutip data Coinmarketcap, harga bitcoin (BTC) kembali melanjutkan reli di awal pekan. Aset kripto ini diperdagangkan di level US$ 95.069 pada Senin (28/4) pukul 18.20 WIB, naik 1,40% secara harian dan 6,77% selama sepekan.
Analyst Reku Fahmu Almuttaqin mengatakan, kenaikan harga Bitcoin ini sebagian besar dipengaruhi komentar positif dari Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent terkait pelonggaran tarif terhadap China. Keduanya kompak memberikan pernyataan yang merujuk pada de-eskalasi perang dagang yang akan terjadi dalam waktu dekat.
Alhasil, minat investor terhadap aset berisiko seperti kripto meningkat. Kenaikan pada aset utama kripto ini menandakan bahwa investor kemungkinan lebih memanfaatkan momentum jangka pendek untuk mendulang profit.
“Sehingga bisa dikatakan, kenaikan bitcoin saat ini merupakan cerminan dari respon cepat pasar terhadap katalis makro, terutama kabar positif terkait geopolitik dan suku bunga,” kata Fahmi kepada Kontan.co.id, Senin (28/4).
Baca Juga: Bitcoin Jadi Aset Terbesar Kelima di Dunia, Lampaui Amazon dan Google
Sebagai gambaran, Trump dalam ambisinya ingin Federal Reserve (Fed) menurunkan suku bunga. Penurunan suku bunga di tengah kondisi inflasi yang ada saat ini dan potensi kenaikan inflasi di masa depan imbas telah diberlakukannya tarif impor AS dapat sangat mengkhawatirkan bagi investor yang menyimpan asetnya di instrumen seperti uang fiat atau bahkan mungkin juga surat hutang.
Hal ini jika terjadi dapat memicu kenaikan harga besar-besaran di pasar kripto dan saham AS.
Namun, Fahmi menilai, kenaikan likuiditas secara umum di pasar kripto masih terbilang rendah. Hal ini menandakan bahwa investor dari kalangan penggemar kripto sendiri mungkin masih mengambil posisi wait and see.
“Ditambah beberapa pertimbangan juga mengisyaratkan bahwa reli ini bisa saja turut membawa risiko penurunan harga kembali. Jadi tetap harus cermat,” imbuh Fahmi.
Analyst Tokocrypto Fyqieh Fachrur menambahkan, secara karakteristik bitcoin merupakan aset yang sangat volatil. Artinya, fluktuasi harga yang signifikan dan cepat adalah hal yang wajar terjadi pada aset berisiko ini. Untuk itu, dibutuhkan strategi investasi yang matang dan pengelolaan risiko yang baik agar dapat memaksimalkan keuntungan tanpa terpapar risiko besar.
“Saat ini bitcoin dianggap sebagai aset yang menjanjikan karena sifatnya yang terbatas (limited supply), serta potensi sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi atau ketidakpastian ekonomi global,” tutur Fyqieh kepada Kontan.co.id, Senin (28/4).
Sehingga ketika nilai mata uang fiat utama dunia yaitu dollar AS menurun, maka aset-aset alternatif seperti Bitcoin, yang sering dipandang sebagai penyimpan nilai digital, menjadi lebih menarik bagi investor.
Lebih lanjut, bitcoin dengan karakteristiknya yang unik sebagai aset digital terdesentralisasi, menawarkan alternatif investasi yang menarik dalam situasi seperti ini, karena dianggap sebagai aset yang tidak terlalu berkorelasi dengan pergerakan pasar tradisional.
Baca Juga: Ini Prediksi Terbaru Robert Kiyosaki Soal Harga Bitcoin pada Akhir 2025
Ke depan, Fyqieh menaruh optimisme nya pada mata uang kripto ini, didorong berbagai faktor, termasuk adopsi institusional yang semakin meluas, minat ritel yang kuat, narasi aset safe haven yang terus menguat, dan potensi dampak dari peristiwa halving yang mengurangi pasokan baru Bitcoin.
“Perkiraan saya akan bergerak dikisaran US$ 100.000 – US$ 200.000,” imbuh Fyqieh.
Selanjutnya: Fokus Pertumbuhan Berkelanjutan, BWPT Catat Kinerja Stabil di Kuartal I-2025
Menarik Dibaca: CLEO Genjot Daur Ulang Sampah Plastik Melalui Program Cleo Ecobin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News