kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bila BI mengerek bunga acuan pada pekan ini, IHSG berpotensi terkerek


Senin, 14 Mei 2018 / 08:00 WIB
Bila BI mengerek bunga acuan pada pekan ini, IHSG berpotensi terkerek


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada pekan ini pelaku pasar modal akan mencermati kebijakan Bank Indonesia terkait suku bunga acuan (BI 7-Days Repo Rate). Jika bank sentral mengerek bunga acuan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terkerek mengikuti penguatan rupiah.

Akhir pekan lalu, IHSG naik 0,83% ke level 5.956,83. Sebanyak 251 saham mencatatkan penguatan, 128 saham turun, dan 114 stagnan. Meski pasar menguat, investor asing masih mencatatkan net sell Rp 434 miliar.

IHSG sangat mungkin melanjutkan penguatan pada pekan ini. Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang, menilai pasar berekspektasi BI menaikkan bunga acuan. "Diperkirakan, rupiah menguat dan mendorong IHSG. Tapi, jika suku bunga enggak jadi naik, maka rupiah dan IHSG berpotensi kembali turun," jelas Edwin kepada KONTAN.

Apabila kenaikan BI rate terwujud, nilai tukar rupiah berpotensi menguat terhadap dollar AS. Dari sini, IHSG akan terdongkrak. Hingga akhir tahun nanti, IHSG berpeluang menanjak ke level 6.500–6.600. "Tapi jika bunga acuan BI tidak naik dan rupiah semakin tertekan, IHSG bisa ke level 5.485," prediksi Edwin.

Sejauh ini, pasar meyakini BI dalam waktu dekat menaikkan suku bunga acuannya. Soal seberapa kuat dampaknya bagi pasar, maka tergantung pada besaran kenaikan bunga acuan. "Kalau nendang (berdampak signifikan), ya bisa 50 basis poin (bps). Kalau 25 bps positif, tapi efeknya tidak akan sedahsyat kalau 50 bps" ungkap Edwin.

Selain sentimen kenaikan suku bunga acuan BI, bauran kebijakan bank sentral lainnya juga dapat berdampak positif pada IHSG. Semisal, upaya BI untuk mengontrol jumlah uang yang beredar. "Sementara dari eksternal, kita melihat data-data ekonomi Amerika Serikat," tutur Edwin.

Harga komoditas

Selain rencana kenaikan suku bunga acuan BI, ada sentimen lain yang berpotensi menggerakkan IHSG ke zona hijau selama sepekan ke depan. Salah satunya adalah data makroekonomi domestik, yakni neraca perdagangan yang diperkirakan kembali surplus, menjadi US$ 1,1 miliar. "Apabila datanya di atas ekspektasi, hal itu akan menjadi katalis positif," ungkap analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji.

Sentimen tambahan lainnya, menurut Nafan, secara eksternal harga sejumlah komoditas di pasar global mulai membaik dan diharapkan bisa memberikan sentimen positif bagi IHSG. Apalagi, pergerakan bursa secara global dinilai relatif lebih stabil.

Akhir pekan lalu, harga minyak mentah WTI untuk pengiriman Juni 2018 di bursa New York, berada di level US$ 70,70 per barel. Angka ini menguat 18% dibandingkan harga awal tahun. Di periode yang sama, harga batubara kontrak pengiriman Juli 2018 di bursa ICE menyentuh 100,50 per ton, atau sudah menguat 7% dibandingkan hara di awal tahun ini.

Nafan memproyeksikan IHSG selama sepekan ini berpotensi bergerak di kisaran support 5.790 dan resistance 6.200.

Sementara Edwin menyarankan investor menghindari beberapa sektor saham, antara lain sektor perkebunan, properti dan semen. "Saya tetap fokus ke saham batubara, logam, minyak, rokok, makanan dan minuman, infrastruktur seperti jalan tol serta saham media," ungkap dia.

Edwin menyebutkan, ada beberapa saham yang cukup menarik untuk dipertimbangkan pada transaksi hari ini, antara lain ITMG, ADRO, PTBA, HRUM, UNTR, ASII, GGRM, MEDC, JSMR, MARK, MYOR, ICBP, dan UNVR.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×