kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Berusia 29 Tahun di Pasar Modal, Begini Kisah Bumi Resources (BUMI) Menjelang IPO


Jumat, 02 Agustus 2019 / 06:53 WIB
Berusia 29 Tahun di Pasar Modal, Begini Kisah Bumi Resources (BUMI) Menjelang IPO


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono triatmojo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selasa 30 Juli 2019, PT Bumi Resources Tbk (BUMI, anggota indeks Kompas100) genap berusia 29 tahun menjadi emiten di pasar modal Indonesia, setelah pada 30 Juli 1990 mencatatkan saham perdananya atau initial public offering (IPO). Bermula lewat surat nomor BM-17/J/90 tanggal 16 April 1990, perusahaan yang kala itu bernama Bumi Modern ini menyampaikan pendaftaran IPO kepada Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam).

Permohonan IPO diajukan oleh AJB Bumiputera 1912 (Bumiputera) selaku pemilik 100% saham Bumi Modern. Bumiputera merupakan pemilik tunggal perusahaan yang bergerak di bidang usaha jasa pariwisata dan perhotelan itu, setelah membeli saham Bumi Modern lainnya milik pengusaha nasional Peter Sondakh dan H.A. Latief Thoyeb, masing-masing pada tahun 1983 dan 1985.

Baca Juga: Bumi Resources (BUMI) belum berencana revisi target produksi

Pada tanggal 18 Juni 1990, Bumi Modern menggaet restu Bapepam untuk melaksanakan IPO. Lewat IPO, Bumi Modern menawarkan 10 juta sahamnya atau setara 29% dari total saham disetor pasca IPO. Dibandrol seharga Rp 4.500 per saham, alhasil dari aksi korporasi ini Bumi Modern sukses meraup dana segar sebesar Rp 45 miliar.

Bersumber dari prospektus IPO BUMI yang KONTAN miliki, dana IPO itu sedianya akan dipakai untuk dua hal. Pertama, guna memperluas usaha lewat perluasan hotel berupa tambahan kamar, serviced apartement dan perkantoran.

Untuk tujuan perluasan usaha ini mencakup pembangunan 231 kamar, pembangunan gedung perkantoran, pembangunan 50 unit serviced apartement, dan pembangunan pelataran parkir. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Grup Bakrie, BUMI mengecewakan tapi BRMS, ENRG dan BNBR Memuaskan

Tujuan IPO BUMI yang kedua adalah, memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengambil bagian dari pemilikan saham perusahaan ini.  

Lewat prospektus IPO juga, BUMI menyinggung soal pembagian dividen kepada calon investornya. Disebutkan bahwa perusahaan ini berencana membagikan dividen sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

Besar dividen yang akan dibagikan, tergantung dari laba bersih setelah pajak yang mereka peroleh. Sebagai ilustrasi, BUMI menyebut untuk laba bersih setelah pajak sampai dengan Rp 15 miliar, maka porsi dividen yang akan dibagikan berkisar 15% hingga 25%.

Sedangkan bila laba bersih setelah pajak yang mereka peroleh lebih dari Rp 15 miliar, maka porsi dividen yang dapat dibagikan adalah sebesar 26%-36%.

Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi IPO BUMI kala itu adalah PT First Indonesian Finance and Investment Corporation (Ficorinvest).

Adapun para penjamin utama emisi Bumi Modern terdiri dari Ficorinvest, PT Mitra Duta Sekuritas, PT Pentasena Arthasentosa, PT Carr Dharmala Securities Indonesia, Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dan PT Sinar Mas Eka Graha.

Baca Juga: Harga Batubara Terus Melemah, Bumi Resources (BUMI) Bakal Review Perkiraan Harga Jual premium

Sedangkan para penjamin peserta emisi terdiri dari PT Benura Utama Securities Company, PT Danamon Securities Indonesia, PT Indonesian Finance and Investment Company (IFI), PT Multinational Finance Corporation (Multicor),  PT Mutual International Finance Corporation (MIFC), PT Merchant Investment (Merincorp), dan PT Indonesian Investment International (Indovest).

Akuntan publik yang membantu hajatan BUMI saat itu adalah Hanadi Sudjendro & Rekan. Sedangkan notaris menggunakan jasa Poerbaningsih Adi Warsito.

Di bidang hukum, BUMI memakai jasa Mochtar, Karuwin & Komar. Sementara untuk perusahaan penilai, BUMI memilih PT Insal Utama.

Baca Juga: Setelah Tujuh Tahun Merugi, Akhirnya BNBR Kembali Untung

Kala hajatan besar tersebut digelar, duduk sebagai Presiden Komisaris yakni R.B. Sentanu. Dua komisaris lainnya adalah Sugiarto dan Suratno Hadisuwito. Sedangkan duduk di kursi Presiden Direktur adalah Sri Hoedojo Sentokusumo. Dua direksi Bumi Modern lainnya adalah Hawis Pringgo Djokosuseno dan Hadiudin Nasution. 

Pemilik hotel bertaraf internasional

Bumi Modern sendiri mulai berdiri tahun 1973, lewat akta yang dibuat notaris Djoko Soepadmo di Surabaya. Tiga tahun sejak berdiri, 1976, perusahaan ini membangun hotel bertaraf internasional 10 lantai dengan 268 kamar di area seluas 1,3 hektare (ha) di Surabaya.

Setahun sebel.umnya (1975), Bumi Modern telah menandatangani management agreement dengan Hyatt International Corporation untuk pengelolaan hotel yang kelak bernama Hotel Hyatt Bumi Surabaya itu selama 20 tahun ke depan.

Hyatt International Corporation merupakan operator hotel yang bermarkas di Madison Plaza, Chicago Amerika Serikat. Untuk pemasaran Hyatt International Corporation dikelola oleh Hyatt Worldwide Marketing Centre, untuk wilayah Asia Pasifik berkantor pusat di Hong Kong.  

Baca Juga: Meski bukukan laba, tiga saham Grup Bakrie direkomendasikan wait and see

Hotel tersebut diresmikan oleh menteri perhubungan saat itu, Roesmin Noejadin pada Desember 1979. Saat diresmikan, pemegang saham Bumi Modern masih terdiri dari AJB Bumiputera 1912, Peter Sondakh dan H.A. Latief Thoyeb. Sebelum akhirnya 100% saham Bumi Modern dikuasai oleh Bumiputera.

Sejak didirikan, Hotel Hyatt Bumi Surabaya merupakan satu-satunya hotel bintang lima bertaraf internasional yang ada di Jawa Timur. 

Bisnis BUMI tersebut memberikan pendapatan sebesar Rp 13,19 miliar pada akhir 1989. Jumlah ini meningkat 11,50% dari tahun sebelumnya yang berjumlah Rp 11,83 miliar.

Baca Juga: Semester I 2019, laba Bumi Resource (BUMI) anjlok 42,9%

Alhasil, laba bersih perusahaan yang bermarkas di Jalan Jenderal Basuki Rakhmat 124-128 Surabaya ini, naik dua kali lipat dari Rp 798,52 juta menjadi Rp 1,48 miliar.

Bagaimana perkembangan bisnis dan sepak terjang BUMI setelah dimiliki Grup Bakrie? Nantikan kelanjutannya di tulisan berikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×