Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Peta persaingan bisnis industri telekomunikasi diproyeksi semakin tinggi. Persaingan harga hingga upaya meningkatkan rata-rata pendapatan per pengguna atau Average Revenue Per User (ARPU) masih akan mewarnai lanskap bisnis telekomunikasi kedepan.
Abida Massi Armand, Analis BRI Danareksa Sekuritas mengatakan prospek sektor telekomunikasi pada awal tahun depan cenderung positif dengan momentum pemulihan harga dan monetisasi jaringan, terutama setelah konsolidasi operator besar. PT Indosat Tbk (ISAT) mulai memasuki fase price repair yang kuat dengan kenaikan yield signifikan pada paket IM3 dan Hutch.
PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) memasuki fase pasca-integrasi jaringan yang meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan sehingga mendukung pertumbuhan monetisasi dan EBITDA dua digit di tahun 2026 – 2027. Sedangkan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) akan mendapat katalis valuasi dari spin-off aset fiber dan rencana masuknya strategic partner di tahun 2026.
Baca Juga: Persaingan Tarif Ketat, Cek Rekomendasi Saham Emiten Sektor Telekomunikasi
“Secara keseluruhan, sektor masuk awal tahun dengan fondasi monetisasi yang lebih baik dan kondisi kompetisi yang lebih rasional,” ujar Abida kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).
Namun, Muhammad Thoriq Fadilla, Research Analyst Bumiputera Sekuritas melihat adanya probabilitas bahwa beberapa perusahaan tetap akan menghadapi tekanan pada laba, terutama bagi operator yang melakukan ekspansi besar-besaran dengan strategi harga yang sangat kompetitif. Pendekatan tersebut berpotensi menekan margin dan membuat profitabilitas jangka pendek lebih rentan.
Menurutnya, dinamika ini menjadi indikasi bahwa perusahaan yang memiliki fondasi kuat di layanan digital dan mampu memonetisasi basis pelanggannya secara lebih efektif akan menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor telekomunikasi memasuki awal 2026.
“Tantangan di sektor telekomunikasi masih cukup signifikan, terutama terkait tekanan rata-rata pendapatan per pengguna atau ARPU dan intensitas perang harga,” ucap Thoriq kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).
Managing Director Research dan Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia Harry Su melihat ?tantangan yang dihadapi sektor telekomunikasi adalah potensi turunnya harga pada fixed broadband (FBB) akibat dari kemunculan internet murah dan pelemahan purchasing power/daya beli. Sebab itu, sentimen yang perlu dicermati untuk menilai kinerja sektor telekomunikasi antara lain ?perbaikan kondisi ekonomi dan tren ARPU.
“Ada potensi pertumbuhan ARPU pada awal tahun 2026, kami ekspektasi sedikit kenaikan (low single digit),” ucap Harry kepada Kontan, Jumat (12/12/2025).
Sementara Abida menilai sentimen kunci yang mempengaruhi kinerja sektor pada awal tahun akan dipengaruhi sejumlah faktor. Antara lain meliputi kecepatan pemulihan harga paket data, terutama setelah price repair ISAT dan dampak integrasi jaringan EXCL. Kemajuan monetisasi aset infrastruktur, seperti divestasi fiber ISAT dan spin-off InfraCo TLKM yang berpotensi menaikkan valuasi induk.
Kemudian, arah kompetisi dan lanskap pasar yang mulai lebih rasional pasca konsolidasi, dan perbaikan belanja konsumen yang sebelumnya menahan yield di kuartal III – 2025. “Sentimen-sentimen ini akan menentukan arah pertumbuhan ARPU, margin, serta re-rating valuasi sektor,” terang Abida.
Thoriq menambahkan, fokus utama juga akan tertuju pada rilis kinerja hasil kuartal IV – 2025 yang keluar pada awal 2026. Kinerja ini salah satunya juga akan dipengaruhi oleh lonjakan trafik pada momen natal dan tahun baru (nataru). Dari laporan tersebut, beberapa indikator yang perlu dicermati antara lain margin EBITDA, capital expenditure (capex) guidance, serta kontribusi pendapatan digital.
Selain itu, laporan ARPU dan subscriber baik secara bulanan maupun kuartalan juga menjadi sentimen krusial. Menurut Thoriq, perubahan ARPU justru lebih penting dibandingkan pertumbuhan jumlah pelanggan, karena kenaikan ARPU menggambarkan kualitas pendapatan yang lebih sehat.
“Oleh karena itu, saya melihat perlu untuk terus memantau ARPU Telkomsel/Telkom, EXCL/XL/Smartfren, serta Indosat sebagai indikator utama untuk menilai arah kinerja sektor telekomunikasi memasuki tahun 2026,” jelas Thoriq.
Abida merekomendasikan buy saham TLKM dengan target harga Rp 3.500 per saham, buy saham ISAT dengan target harga Rp 3.000 per saham, dan buy saham EXCL dengan target harga Rp 4.100 per saham.
Thoriq merekomendasikan buy saham TLKM dan ISAT dengan target harga masing – masing Rp 3.720 per saham dan Rp 2.500 per saham. Sementara Harry Su merekomendasikan hold saham TLKM dengan target harga Rp 3.700 per saham, buy saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dengan target harga Rp 5.200 per saham, dan buy saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) dengan target harga Rp 1.350 per saham.
Baca Juga: Prospek Saham Prodia (PRDA) 2026 Menjanjikan, Ini Kata Analis
Selanjutnya: Liburan Makin Seru, Bank Mandiri Tebar Promo FOMO Akhir Tahun hingga Rp2,5 Juta
Menarik Dibaca: 6 Cara Menjaga Kesehatan ketika Musim Hujan dan Banjir, Terapkan ya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













