Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Sementara itu, sepanjang 2019, Pan Brothers mengantongi pendapatan US$ 665,05 juta dan laba bersih US$ 20,24 juta. Jumlah tersebut masing-masing tumbuh 8,78% secara year on year (yoy) dan 10,61% yoy.
Anne juga menuturkan, pembicaraan terkait refinancing utang sindikasi sebesar US$ 138,5 juta yang jatuh tempo pada Februari 2021 masih terus berjalan. Menurut dia, proses ini akan rampung pada Juli 2020 atau paling lambat Agustus 2020.
Baca Juga: Meski ada IA-CEPA, SRIL belum berencana memperbesar porsi penjualan ke Australia
Dana dari fasilitas pinjaman yang baru tersebut utamanya bakal dimanfaatkan untuk melunasi utang sindikasi yang jatuh tempo pada Februari 2021.
"Akan tetapi, apabila jumlah yang diperoleh lebih besar, Pan Brothers akan menggunakannya untuk pelunasan sebagian dari obligasi global yang jatuh tempo pada 2022," jelas Anne.
Untuk menjaga struktur rasio utang Pan Brothers tetap sehat, manajemen Pan Brothers akan berfokus pada kinerja fundamental dan operasional dengan mengoptimalkan penjualan.
Per kuartal I-2020, jumlah aset PBRX mencapai US$ 623,72 juta, terdiri dari liabilitas US$ 358,93 juta dan ekuitas US$ 258,49 juta. Berdasarkan data RTI, debt to equity ratio (DER) PBRX adalah sebesar 138,86%.
Berbicara tentang rasio likuiditas, emiten tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex mencatatkan DER yang lebih tinggi dibanding PBRX, yakni sebesar 154,97% per kuartal I-2020.
Akan tetapi, Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk Welly Salam menyampaikan, SRIL tidak memiliki utang jatuh tempo dengan jumlah yang signifikan dalam waktu dekat.
Pada 2020, utang jatuh tempo SRIL hanya sebesar US$ 116 juta, terdiri dari sebagian pinjaman jangka panjang US$ 8 juta, medium term notes (MTN) US$ 40 juta, dan pinjaman jangka pendek US$ 68 juta.