Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
Meskipun bernilai paling besar, pinjaman bank jangka pendek tersebut dapat diperpanjang secara otomatis pada saat jatuh tempo.
Menurut Welly, SRIL menerapkan langkah yang sangat hati-hati dalam menjaga rasio utang agar tetap sehat. Pihaknya sudah mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global sejak 2019 dengan meminimalkan utang jangka pendek.
Baca Juga: Tak ada pembatalan pesanan selama pandemi, berikut penjelasan Sri Rejeki Isman (SRIL)
Pinjaman sindikasi sebesar US$ 350 juta baru akan jatuh tempo pada 2022, obligasi global US$ 152 juta pada 2024, dan obligasi global US$ 225 juta pada 2025.
"Jika dilihat rasio utang jangka panjang lebih besar dibanding jangka pendek. Kalau lebih banyak jangka pendek, itu akan lebih berisiko," tutur Welly dalam paparan publik SRIL.
Oleh karena itu, ia yakin, dengan struktur rasio utang jangka panjang yang lebih besar, likuiditas SRIL pada tahun ini tidak akan terganggu.
Per kuartal I-2020, SRIL memiliki aset sebesar US$ 1,59 miliar terdiri dari utang US$ 964,23 juta dan ekuitas US$ 622,21 juta.
"Rasio utang bersih terhadap EBITDA SRIL per 31 Maret 2020 adalah sebesar 3,1x. Sementara itu, rasio yang ditetapkan perbankan untuk tahun 2020 adalah 3,75x," kata Welly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News