Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's Investors Service menurunkan prospek produsen garmen PT Pan Brothers Tbk (PBRX), dari stabil menjadi negatif. Lembaga pemeringkat ini juga kembali memangkas peringkat corporate family rating (CFR) Pan Brothers menjadi B3 dari B2.
Pada saat yang sama, Moody's juga menurunkan peringkat senior unsecured notes milik PB International B.V. yang jatuh tempo tahun 2022, dari B2 menjadi B3.
Penurunan peringkat menjadi B3 mencerminkan ketidakpastian yang masih berlanjut terkait dengan pendanaan ulang (refinancing) PBRX terhadap utang yang akan jatuh tempo.
Baca Juga: Moody's kembali memangkas peringkat Pan Brothers (PBRX) menjadi B3
Sebagaimana diketahui, PBRX memiliki utang dalam jumlah besar yang akan jatuh tempo dalam 12-18 bulan ke depan. Dua di antaranya adalah fasilitas revolving credit senilai US$ 138,5 juta yang jatuh tempo Februari 2021 dan senior unsecured notes sebesar US$ 171 juta dengan waktu tenggat Januari 2022.
Merespons hal tersebut, Wakil Direktur Utama PT Pan Brothers Tbk (PBRX) Anne Patricia Sutanto mengatakan, Moody’s hanya melihat dari sisi utang jatuh tempo dalam 18 bulan ke depan. Moody's tidak mempertimbangkan kinerja operasional Pan Brothers.
Padahal, menurut Anne, pencapaian kinerja Pan Brothers pada kuartal II-2020 maupun sepanjang tahun ini akan berada di atas realisasi 2019.
Perhitungan ini dibuat berdasarkan data dan proyeksi yang telah disesuaikan dengan pesanan yang telah diterima dan yang akan diterima, termasuk pesanan pakaian alat pelindung diri (APD).
"Kami yakin secara performance PBRX akan lebih baik dari tahun 2019," tandas Anne saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/7).
Sebagai gambaran, pada kuartal I-2020, Pan Brothers membukukan pendapatan US$ 121,7 juta atau tumbuh 7,8% dibanding periode sama tahun 2019 yang sebesar US$ 112,9 juta. Bahkan, laba bersih PBRX meningkat 31,25%, dari US$ 1,6 juta pada kuartal I-2019 menjadi US$ 2,1 juta pada kuartal I-2020.
Sementara itu, sepanjang 2019, Pan Brothers mengantongi pendapatan US$ 665,05 juta dan laba bersih US$ 20,24 juta. Jumlah tersebut masing-masing tumbuh 8,78% secara year on year (yoy) dan 10,61% yoy.
Anne juga menuturkan, pembicaraan terkait refinancing utang sindikasi sebesar US$ 138,5 juta yang jatuh tempo pada Februari 2021 masih terus berjalan. Menurut dia, proses ini akan rampung pada Juli 2020 atau paling lambat Agustus 2020.
Baca Juga: Meski ada IA-CEPA, SRIL belum berencana memperbesar porsi penjualan ke Australia
Dana dari fasilitas pinjaman yang baru tersebut utamanya bakal dimanfaatkan untuk melunasi utang sindikasi yang jatuh tempo pada Februari 2021.
"Akan tetapi, apabila jumlah yang diperoleh lebih besar, Pan Brothers akan menggunakannya untuk pelunasan sebagian dari obligasi global yang jatuh tempo pada 2022," jelas Anne.
Untuk menjaga struktur rasio utang Pan Brothers tetap sehat, manajemen Pan Brothers akan berfokus pada kinerja fundamental dan operasional dengan mengoptimalkan penjualan.
Per kuartal I-2020, jumlah aset PBRX mencapai US$ 623,72 juta, terdiri dari liabilitas US$ 358,93 juta dan ekuitas US$ 258,49 juta. Berdasarkan data RTI, debt to equity ratio (DER) PBRX adalah sebesar 138,86%.
Berbicara tentang rasio likuiditas, emiten tekstil dan garmen PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex mencatatkan DER yang lebih tinggi dibanding PBRX, yakni sebesar 154,97% per kuartal I-2020.
Akan tetapi, Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk Welly Salam menyampaikan, SRIL tidak memiliki utang jatuh tempo dengan jumlah yang signifikan dalam waktu dekat.
Pada 2020, utang jatuh tempo SRIL hanya sebesar US$ 116 juta, terdiri dari sebagian pinjaman jangka panjang US$ 8 juta, medium term notes (MTN) US$ 40 juta, dan pinjaman jangka pendek US$ 68 juta.
Meskipun bernilai paling besar, pinjaman bank jangka pendek tersebut dapat diperpanjang secara otomatis pada saat jatuh tempo.
Menurut Welly, SRIL menerapkan langkah yang sangat hati-hati dalam menjaga rasio utang agar tetap sehat. Pihaknya sudah mengantisipasi ketidakpastian ekonomi global sejak 2019 dengan meminimalkan utang jangka pendek.
Baca Juga: Tak ada pembatalan pesanan selama pandemi, berikut penjelasan Sri Rejeki Isman (SRIL)
Pinjaman sindikasi sebesar US$ 350 juta baru akan jatuh tempo pada 2022, obligasi global US$ 152 juta pada 2024, dan obligasi global US$ 225 juta pada 2025.
"Jika dilihat rasio utang jangka panjang lebih besar dibanding jangka pendek. Kalau lebih banyak jangka pendek, itu akan lebih berisiko," tutur Welly dalam paparan publik SRIL.
Oleh karena itu, ia yakin, dengan struktur rasio utang jangka panjang yang lebih besar, likuiditas SRIL pada tahun ini tidak akan terganggu.
Per kuartal I-2020, SRIL memiliki aset sebesar US$ 1,59 miliar terdiri dari utang US$ 964,23 juta dan ekuitas US$ 622,21 juta.
"Rasio utang bersih terhadap EBITDA SRIL per 31 Maret 2020 adalah sebesar 3,1x. Sementara itu, rasio yang ditetapkan perbankan untuk tahun 2020 adalah 3,75x," kata Welly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News