Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Di pasar spot pada Rabu (13/1), rupiah menguat 0,54% dibandingkan hari sebelumnya ke level Rp 13.835 per dollar Amerika Serikat (AS). Kemarin Selasa (12/1), rupiah berada di level Rp 13.910 per dollar AS.
"Mata uang rupiah menguat terhadap dollar AS setelah data perdagangan China yang optimis sehingga mendukung nilai tukar di negara-negara berkembang," ujar Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara.
Ia mengemukakan bahwa ekspor China naik 1,4 %, setelah mengalami perlambatan dalam enam bulan terakhir, impor China turun 7,6 %, namun sedikit lebih baik dari perkiraan. Neraca perdagangan China mengalami surplus sebesar 60,09 miliar dollar AS.
"Data perdagangan China yang membaik serta nilai mata uang yuan yang cukup stabil turut meredakan kecemasan investor di negara-negara berkembang, membaiknya ekonomi China dapat mendorong ekonomi sekitar turut positif," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah yang membaik meski terbatas juga menjadi salah satu faktor pendukung mata uang rupiah bergerak menguat. Harga minyak mentah dunia jenis WTI crude terpantau naik sebesar 2,83 % menjadi 31,30 dollar AS per barel dan Brent crude naik 2,59 % menjadi 31,66 dollar AS per barel.
Analis dari Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe menambahkan bahwa salah satu faktor penopang rupiah juga datang dari dalam negeri yakni munculnya harapan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membaik pada tahun 2016 ini.
"Pelaku pasar kembali optimistis terhadap pemerintah yang akan kembali meluncurkan paket kebijakan ekonomi tahap sembilan. Namun diharapkan, kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan dapat segera terasa dampaknya sehingga dapat lebih signifikan menopang mata uang domestik," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Rabu (13/1) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.861 dibandingkan Selasa (12/1) di posisi Rp13.835 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News