Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tergoresnya perekonomian China masih jadi penyebab utama rupiah terdampar. Apalagi secara eksternal rupiah memang di dominasi oleh pergerakan sentimen eksternal.
Di pasar spot, Selasa (12/1) valuasi rupiah tergelincir 0,35% ke level Rp 13.910 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Berbeda, di kurs tengah Bank Indonesia posisi rupiah justru terangkat 0,71% di level Rp 13.835 per dollar AS.
Tekanan dari China pun belum kunjung usai. Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures mengatakan belum ada tanda-tanda China akan segera pulih dari gejolak ekonominya.
“Rupiah sebagai mata uang regional Asia, ikut terkena imbas negatif China seperti mata uang Asia lainnya yang juga turut melemah,” jabar Yulia.
Saat ini fokus pasar memang tertuju pada China. Gejolak yang timbul pada yuan dan bursa saham Negeri Tirai Bambu memang menimbulkan kecemasan pasar.
Pelemahan rupiah ini diduga kembali terbuka lebar pada Rabu (13/1) jika melihat surplus neraca perdagangan China Desember 2015 diprediksi kembali mengecil dari US$ 343 miliar menjadi US$ 339 miliar. “Itu akan menambah panjang katalis negatif bagi rupiah,” tambah Yulia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News