Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
Meskipun sepi peminat di awal tahun, harga saham-saham lapis kedua masih memiliki prospek untuk menanjak ke depan. Biasanya, kenaikan harga saham tersebut akan terjadi saat harga saham-saham blue chips sudah naik tinggi dan valuasinya dianggap mahal.
Selain itu, ada saham-saham second liner yang kondisi fundamentalnya baik. Ketika pendapatan emiten tersebut berpotensi meningkat, maka bisa menjadi sentimen pendorong harga sahamnya.
Baca Juga: Usai IPO, cermati target dan rencana bisnis Ashmore Asset Management (AMOR)
Wawan menambahkan, walaupun ke depannya saham second liner memiliki prospek, saham-saham itu lebih cocok menjadi diversifikasi saham saja.
"Jangan untuk investasi utama. Nature-nya sebagai saham kapitalisasi kecil itu sangat volatile," katanya lagi.
Bagi investor yang tertarik menjadikan saham second liner sebagai diversifikasi portofolio, Wawan menyarankan untuk memilih saham-saham yang sejalan dengan kondisi makro Indonesia.
Mengingat suku bunga akan turun dan rupiah sedang menguat, kata Wawan, saham second liner yang terkait dengan keuangan seperti bank-bank syariah akan menarik. Selain itu, Wawan juga menyarankan saham-saham dari emiten yang mengandalkan bahan baku impor.
"Sekarang akan diuntungkan dengan rupaih menguat, karena cost-nya akan turun," imbuhnya.
Baca Juga: IHSG menguat empat hari beruntun, bagaimana Kamis (15/1)?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News