kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Belum banyak dilirik, saham lapis kedua lebih cocok untuk diversifikasi investasi


Rabu, 15 Januari 2020 / 07:38 WIB
Belum banyak dilirik, saham lapis kedua lebih cocok untuk diversifikasi investasi


Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saham-saham emiten kecil dan menengah belum dilirik oleh investor. Hal ini tercermin dari indeks Pefindo25 yang terkoreksi cukup dalam sejak awal tahun ini yakni sebesar 3,38%.

Asal tahu saja,  Pefindo25 merupakan indeks yang mengukur performa harga saham dari 25 emiten kecil dan menengah dengan kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi. Total aset yang harus dimiliki emiten untuk masuk  dalam indeks ini minimal Rp 10 triliun.

Baca Juga: Indeks Pefindo25 terkoreksi, saham-saham ini masih jadi rekomendasi untuk dipilih

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana  mengatakan, saham lapis kedua belum dilirik karena investor lebih tertarik pada saham-saham blue chips. Padahal di awal tahun ini investor asing banyak masuk ke pasar saham Indonesia.

Berdasar data dari RTI Business, per Selasa (14/1), net foreign buy tercatat Rp 966,45 miliar. Sementara dari awal tahun hingga saat ini net foreign buy tercatat Rp 3,17 triliun.

"Asing jarang masuk ke saham-saham second liner. Saham-saham ini lebih banyak investor lokal yang mempengaruhi," kata Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/1).

Ia menambahkan, di awal tahun ini saham-saham blue chips relatif murah, sehingga investor lebih tertarik berinvestasi ke saham-saham tersebut. Selain itu, penguatan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini cenderung menguntungkan saham-saham berkapitalisasi besar.

Baca Juga: Net buy asing Rp 967,6 miliar, IHSG ditutup naik 0,46% ke 6.325,4, Selasa (14/1)

Meskipun sepi peminat di awal tahun, harga saham-saham lapis kedua masih memiliki prospek untuk menanjak ke depan. Biasanya, kenaikan harga saham tersebut akan terjadi saat harga saham-saham blue chips sudah naik tinggi dan valuasinya dianggap mahal.

Selain itu, ada saham-saham second liner yang kondisi fundamentalnya baik. Ketika pendapatan emiten tersebut berpotensi meningkat, maka bisa menjadi sentimen pendorong harga sahamnya.

Baca Juga: Usai IPO, cermati target dan rencana bisnis Ashmore Asset Management (AMOR)

Wawan menambahkan, walaupun ke depannya saham second liner memiliki prospek, saham-saham itu lebih cocok menjadi diversifikasi saham saja.

"Jangan untuk investasi utama. Nature-nya sebagai saham kapitalisasi kecil itu sangat volatile," katanya lagi.

Bagi investor yang tertarik menjadikan saham second liner sebagai diversifikasi portofolio, Wawan menyarankan untuk memilih saham-saham yang sejalan dengan kondisi makro Indonesia.

Mengingat suku bunga akan turun dan rupiah sedang menguat, kata Wawan, saham second liner yang terkait dengan keuangan seperti bank-bank syariah akan menarik. Selain itu, Wawan juga menyarankan saham-saham dari emiten yang mengandalkan bahan baku impor.

"Sekarang akan diuntungkan dengan rupaih menguat, karena cost-nya akan turun," imbuhnya.

Baca Juga: IHSG menguat empat hari beruntun, bagaimana Kamis (15/1)?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×