Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
Menurut pengamat pasar modal dan Direktur Avere Investama Teguh Hidayat, ada strategi Buffet itu yang bisa diterapkan di Indonesia saat ini, yakni investasi di sektor komoditas energi. Pasalnya, hanya sektor ini yang tidak terdampak kenaikan suku bunga The Fed.
Sektor energi berhubungan dengan suplai dan permintaan. Saat ini suplai energi terbatas karena dampak dari Perang Rusia-Ukraina, alhasil harganya melambung. Rusia merupakan salah satu produsen minyak, gas, dan batubara terbesar di dunia.
Oleh karenanya, Teguh memperkirakan saham-saham energi akan diuntungkan dan tidak akan turun dalam waktu dekat. Ia melihat sektor ini teap dijadikan investasi jangka direntang waktu 6 sampai 12 bulan.
"Jadi Warrent Buffet investasinya di saham minyak karena AS merupakan salah satu negara produsen minyak terbesar di dunia. Kalau di Indonesia, yang menarik saham perusahaan batubara. Kalau untuk minyak kita importir, sedangkan di batubara kita eksportir," jelas Teguh pada Kontan.co.id, Jumat (8/7).
Selain batubara, sektor yang menarik lagi untuk investasi saham saat ini menurut Teguh di tengah kenaikan suku bunga The Fed yang berdampak pada penguatan dollar adalah sektor berbasis eskpor seperti kertas.
Sementara saham sektor perbankan antara Indonesia dan AS menurutnya berbeda. Saat bunga The Fed naik, duit-duit yang modar-mandir di pasar saham akan masuk ke perbankan sehingga bank-bank di AS akan diuntungkan. Apalagi, lanjutnya, saham bank AS masih relatif murah di saat Bursa Wall Street booming tahun 2020 dan 2021.
Sebaliknya di Indonesia, saham-saham perbankan yang justru lari duluan pasca pemulihan dari tekanan pandemi walaupun prospek belum bagus.
"Itu karena saat asing masuk lagi ke Indonesia, mereka pasti memilih saham kapitalisasi besar dan itu memang kebanyakan dari perbankan. Kalau saat ini, saham bank-bank besar sudah tidak murah lagi. Apalagi, bunga BI juga belum naik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News