kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BEI cermati saham Acset Indonusa (ACST) yang merosot di luar kebiasaan


Jumat, 06 Maret 2020 / 06:46 WIB
BEI cermati saham Acset Indonusa (ACST) yang merosot di luar kebiasaan
ILUSTRASI. ACSET Indonusa


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah memantau pergerakan saham PT Acset Indonusa Tbk (ACST). BEI melihat, saham cucu usaha PT United Tractors Tbk (UNTR) ini mencatat penurunan harga di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA).

BEI telah meminta konfirmasi kepada ACST pada 5 Maret 2020 dan menunggu jawaban atas volatilitas transaksi. "Sehubungan dengan terjadinya UMA, BEI sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini," ungkap BEI dalam pengumuman bursa, Kamis (5/3).

Kemarin, harga saham ACST melorot 13,77% ke Rp 238 per saham. Ini adalah harga terendah saham Acset sejak pencatatan perdana di BEI pada 24 Juni 2013 lalu. Harga saham ACST ini pun jauh di bawah harga initial public offering (IPO) yang mencapai Rp 2.500 per saham.

Baca Juga: Akibat keterlambatan proyek, Acset Indonusa (ACST) catat rugi bersih pada 2019

Menurut data Bloomberg, harga saham ACST mulai turun pada Januari lalu. Tapi, penurunan harga saham emiten konstruksi ini makin tajam dalam beberapa hari terakhir. Dalam sebulan, harga saham Acset telah mengakumulasi penurunan 72,32%.

Keterbukaan informasi terakhir ACST adalah pada 26 Februari 2020. Saat itu, ACST mengumumkan rencana penawaran umum terbatas II dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Baca Juga: Tambang emas Martabe jadi penyokong pendapatan United Tractors (UNTR) di 2019

Acset berniat menerbitkan sebanyak-banyaknya 15 miliar saham baru. ACST akan menggunakan seluruh dana bersih rights issue ini untuk pelunasan utang. Atas aksi korporasi ini, ACST berniat meminta restu pemegang saham pada rapat umum pemegang saham tahunan dan luar biasa pada 3 April 2020 mendatang.

Liabilitas melonjak 35%

Berdasarkan laporan keuangan ACST tahun 2019 yang dipublikasikan pada 26 Februari 2020, emiten yang menjalankan kegiatan usaha seperti membangun gedung, pertokoan, hotel, kantor, apartemen, infrastruktur, jalan tol, dan lain-lain ini memiliki total liabilitas Rp 10,16 triliun.

Total kewajiban ini melonjak 35,29% ketimbang tahun sebelumnya. Total liabilitas meningkat dari Rp 7,5 triliun pada akhir 2018 menjadi Rp 10,2 triliun pada akhir 2019 dikontribusi oleh kenaikan pinjaman dari pemegang saham dan utang usaha. "Terjadinya kenaikan ini sejalan dengan peningkatan kebutuhan modal kerja perusahaan dalam mendukung pembiayaan operasional proyek berjalan," kata Maria Cesilia Hapsari, Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa dalam penjelasan kenaikan liabilitas.

Baca Juga: Porsi Acset Indonusa (ACST) minoritas di JORR elevated

Pada akhir 2019, Acset memiliki pinjaman dari pemegang saham sebesar Rp 3,2 triliun. Pinjaman ini berasal dari UNTR. Pinjaman yang diperoleh pada Agustus 2019 ini akan jatuh tempo  pada 30 April 2023.

Tapi, Acset mengurangi pinjaman bank jangka pendek dari sebesar Rp 2,66 triliun di tahun 2018 menjadi hanya Rp 817,92 miliar di tahun lalu.

Acset pun mencatat kinerja yang kurang menggembirakan di tahun lalu. Perusahaan yang beroperasi sejak tahun 1995 ini mencatatkan rugi bersih sepanjang 2019 sebesar Rp 1,14 triliun dari laba Rp 18,28 miliar di tahun 2018. Padahal, pendapatan ACST tahun lalu naik 6,18% menjadi Rp 3,95 triliun.

Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) mengalami rugi Rp 1,14 triliun sepanjang 2019

Sekretaris Perusahaan Acset Indonusa Maria Cesilia Hapsari mengatakan, rugi ini terjadi karena adanya keterlambatan proyek sehingga ada peningkatan biaya pendanaan, overhead dan biaya lain yang dialokasikan untuk percepatan penyelesaian proyek tersebut.

Selain itu, Acset Indonusa mengalami penyesuaian nilai final account dari beberapa proyek. Penyesuaian ini terlihat dalam pos beban penjualan yang naik signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×