kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.270   34,00   0,21%
  • IDX 7.097   49,71   0,71%
  • KOMPAS100 1.026   -3,02   -0,29%
  • LQ45 777   -8,81   -1,12%
  • ISSI 234   3,28   1,42%
  • IDX30 401   -4,82   -1,19%
  • IDXHIDIV20 462   -8,51   -1,81%
  • IDX80 115   -0,50   -0,43%
  • IDXV30 117   -0,60   -0,51%
  • IDXQ30 129   -2,45   -1,87%

Begini Rekomendasi Saham Sektor Otomotif di Tengah Penurunan Daya Beli


Senin, 14 Juli 2025 / 09:58 WIB
Begini Rekomendasi Saham Sektor Otomotif di Tengah Penurunan Daya Beli
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham pilihan untuk sektor otomotif yang tertekan penurunan daya beli


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan daya beli masyarakat terhadap penjualan kendaraan roda empat membuat sektor otomotif menurun.

Per Juni 2025, penjualan mobil domestik hanya 374.740 unit. Masih jauh dibandingkan target tahunan, yakni sebanyak satu juta unit. Penurunan kinerja ini juga tercermin dari kinerja emiten otomotif.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Jason Sebastian mengatakan, hal tersebut terlihat dari pertumbuhan pendapatan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) yang tertahan. Di mana, pendapatan DRMA turun 1,6% secara kuartalan yang menjadi Rp 1,5 triliun pada kuartal I-2025.

“Angka ini sedikit di bawah estimasi, seiring perkiraan kuartal-kuartal selanjutnya akan menghadapi tantangan karena perlambatan pertumbuhan PDB,” tutur Jason dalam riset 28 Mei 2025.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Sektor Otomotif di Tengah Daya Beli Lemah

Namun, segmen roda dua menopang perseroan dengan pertumbuhan 15,6% secara tahunan. Angka ini menyumbang 63,4% dari total pendapatan DRMA.

Kendati, Jason memandang, prospek pertumbuhan penjualan sektor otomotif tahun ini bakal masih tertantang. “Penjualan mobil diperkirakan turun 4%–5% menjadi 820–840 ribu unit pada 2025,” terangnya.

Dus, tren ini berpotensi mendorong peralihan ke segmen roda dua. Meskipun, menurut Jason, penjualan motor juga akan melemah pada semester II-2025.

Ia memperkirakan, depresiasi rupiah akan menambah beban biaya perseroan. Meskipun, perusahaan masih punya peluang berkat peluncuran suku cadang baru, serta ekspansi ke luar sektor otomotif.

Lebih lanjut, emiten ini sebenarnya punya rencana bermitra dengan perusahaan Tiongkok dalam proyek Battery Energy Storage System (BESS) untuk panel surya senilai Rp 2,6 triliun.

Kata Jason, kalau saja DRMA memperoleh porsi 20%, emiten ini bisa mengantongi tambahan Rp 520 miliar dengan estimasi EBIT sekitar Rp 104 miliar. Sayangnya, skema pembagian porsi kepemilikan belum jelas.

“Dengan begitu, potensi kontribusi dari proyek ini pun belum dimasukkan dalam proyeksi keuangan perusahaan,” imbuh Jason.

Baca Juga: Sektor Otomotif Tertekan, Simak Rekomendasi Sahamnya

Sementara itu, PT Astra International Tbk (ASII) tak bernasib serupa. Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus melihat, ASII tetap tangguh di tengah tekanan industri otomotif domestik. 

Merek Toyota di bawah distribusi ASII menjadi kontributor besar. Toyota mencatatkan lonjakan pangsa pasar sebesar 35% pada Mei 2025, naik dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 31%.

Kenaikan ini turut mendorong kontribusi ASII secara kumulatif menjadi 57% hingga Mei 2025, dari sekitar 53% pada empat bulan pertama tahun ini.

“Reputasi kuat, ragam model luas, serta jaringan distribusi luas menjadikan Toyota tetap unggul di tengah pasar lemah,” ungkap Arief dalam riset 7 Juli 2025.

Daihatsu yang juga berada di bawah distribusi ASII, turut mencatatkan peningkatan sebesar 18% sepanjang lima bulan pertama tahun ini.

Sepanjang 2025, Toyota diperkirakan akan bertahan sebagai tulang punggung ASII. Arief memproyeksikan, penjualan merek ini bisa menyumbang hingga 65% dari total laba emiten. 

“Di sisi lain, potensi penurunan suku bunga dan stabilnya harga komoditas, bisa turut mendorong permintaan secara keseluruhan,” katanya.

 

Di sisi lain, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) juga mencatat kinerja yang cenderung solid di tengah pelemahan sektor. Pada kuartal I-2025, AUTO membukukan pendapatan sebesar Rp 4,89 triliun, naik 6,5% secara tahunan.

Analis Panin Sekuritas, Novi Vianita melihat, pertumbuhan ini ditopang penjualan ekspor di segmen manufaktur mencapai Rp 2,6 triliun atau meningkat 8,7% secara tahunan. Ada pula penguatan pada segmen trading menjadi Rp 2,3 triliun, naik 3,9% yoy.

Beban penjualan emiten ini juga turun menjadi Rp 248 miliar. “Efisiensi beban turut mendorong perbaikan margin,” tuturnya dalam riset 2 Mei 2025.

Menurut Novi, kolaborasi AUTO dengan BYD untuk menyediakan produk suku cadang mobil listrik juga potensial.

“Masih on progress, namun kami lihat hal tersebut bisa mendongkrak performa segmen trading setelah mencapai kesepakatan,” imbuhnya.

Jason merekomendasikan hold DRMA yang direvisi dari buy, dengan target harga yang masih sama, Rp 1.000 per saham.

Arief pun menyarankan beli untuk saham ASII dengan target harga Rp 5.850 per saham. Sementara itu, Novi merekomendasikan beli AUTO dengan target harga Rp 2.400.

Selanjutnya: Upaya Polewali Mandar Menjaga Status Sebagai Lumbung Padi

Menarik Dibaca: Promo McD Share a Coke Share a Meal 1-20 Juli, Paket Hemat Free Color Changing Glass

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×