kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis Sarankan Wait and See Reksadana Offshore, Begini Penjelasannya


Rabu, 13 September 2023 / 19:32 WIB
Analis Sarankan Wait and See Reksadana Offshore, Begini Penjelasannya
ILUSTRASI. Ilustrasi untuk Reksadana. KONTAN/Muradi/2017/03/07


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor disarankan wait and see terlebih dahulu jika ingin masuk ke reksadana offshore, khususnya yang meniliki underlying asset berbasis ekuitas di China.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan sepanjang bulan Agustus 2023, mayoritas reksadana offshore mencatatkan return negatif. 

"Terutama yang memiliki underlying asset berbasis ekuitas di China yang memang sedang mengalami penurunan signifikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (12/9).

Selain underlying asset berbasis ekuitas di China, reksadana offshore berbasis saham-saham Amerika Serikat (AS) juga turun. Namun, penurunannya cukup minimal seiring dengan masih solidnya ekonomi AS dan saham teknologi yang masih cukup stabil sehingga menopang harga sahamnya.

Baca Juga: Prospek Reksadana Saham Offshore Menarik, Ini Faktor Pendorongnya

Berdasarkan data Infovesta, sejumlah underlying asset berbasis ekuitas di China memang mengalami penurunan sejak awal tahun (YtD). Antara lain BNP Paribas Greater China Equity Syariah USD Kelas RK1 turun 6,69% YtD dan Eastspring Syariah Greater China Equity USD Kelas A turun 8,91% YtD.

Sejumlah reksadana dengan underlying asset berbasis ekuitas di Asia juga mencetak penurunan sejak awal tahun. Contohnya, Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD Kelas A turun 3,06%, Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD Kelas B turun 1,56% dan Manulife Saham Syariah Golden Asia Dolar AS Kelas A1 turun 4,47% YtD.

Sementara secara bulanan (month on month/ MoM), dari 27 reksadana offshore tercatat hanya satu produk yang mencetak return positif, yakni Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity Fund yang hanya naik 0,53%. Sementara penurunan terdalam terjadi pada produk Batavia China Impact Sharia Equity USD dengan penurunan 7,39% MoM.

Jika dibandingkan dengan reksadana saham lokal, Fajar menyebut return dari reksadana offshore masih terbilang cukup unggul. Namun, hal ini untuk produk-produk underlying ekuitas di AS yang berisikan saham-saham teknologi AS.

"Secara YtD ada Batavia Technology Sharia Equity USD yang naik 35,27%, yang isinya saham-saham teknologi AS yang memang mengalami kenaikan cukup masif sejak awal tahun," jelasnya.

Di sisi lain, reksadana saham lokal secara YtD tertinggi hanya 19,56% untuk produk Recapital Equity. Meski demikian, beberapa reksadana saham lokal juga banyak yang mampu mengalahkan indeks (IHSG) secara YTD sehingga dinilai masih cukup menarik.

Baca Juga: Produk SBN atau Reksadana Pendapatan Tetap, Mana yang Lebih Cuan?

Apalagi fajar melihat masih terdapat bayang-bayang perekonomian China yang masih sulit pulih. Lalu valuasi saham-saham AS yang sudah cukup mahal, ditambah ada potensi the Fed masih akan berpotensi dalam menaikkan suku bunga dan menahannya cukup lama.

"Maka untuk saat ini sebaiknya wait and see terlebih dahulu (jika ingin masuk reksadana offshore)," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×