kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bagaimana prospek investasi Exchange Traded Fund (ETF) di 2020?


Jumat, 10 Januari 2020 / 00:06 WIB
Bagaimana prospek investasi Exchange Traded Fund (ETF) di 2020?
ILUSTRASI. Pencatatan perdana saham PT Cisadane Sawit Raya Tbk, PT Bank Amar Indonesia Tbk dan exchange traded fund (ETF)?Reksa Dana BNI-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia dari?BNI Asset Management?di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (9/1/2020).


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek penerbitan Exchange Traded Fund (ETF) disebut-sebut akan cemerlang di 2020, mengingat ETF yang merupakan salah satu instrumen tuai cuan bagi investor.

ETF merupakan salah satu instrumen investasi reksadana yang diperdagangkan di bursa efek. Bedanya dengan Reksadana Indeks, reksadana ETF spesifik pada indeks konstituen.

Misal, Reksa Dana BNI-AM ETF MSCI ESG Leaders Indonesia yang diterbitkan oleh BNI Asset Management, Kamis (9/1) yang menggunakan Indeks MSCI ESG Leaders Indonesia sebagai acuan indeks ETF nya.

Baca Juga: BNI Asset Management meluncurkan ETF kedua berbasis ESG

Direktur Utama BNI AM Reita Farianti bahkan sebut, saat ini ETF merupakan satu-satunya instrumen yang dapat dorong cuan bagi investor.

“ETF satu-satu nya di 2019 yang menolong institusi-institusi besar untuk profit taking. 2020 tentu masih menjadi favorit,” kata Reita yang ditemui dalam acara pencatatan ETF Indeks MSCI ESG Leaders Indonesia.

Head of Research Infovesta Wawan Hendrayana  juga nyatakan hal serupa. Menurutnya ETF masih prospektif dan menarik sebagai salah satu instrumen  investasi. Pasalnya, menurut Wawan di tahun 2019 lalu, penyedia ETF sudah bertambah dan tidak hanya didominasi 1 pemain.

“Saya si sangat setuju, melihat trendnya 2-3 tahun terakhir, saya rasa ETF 2020 juga masih akan berkembang. Karena kalau tahun lalu saja, reksadana saham konvensional saja negatifnya dalam. ETF bisa mengurangi risiko pilihan saham karena ETF itu mengikuti indeks tertentu, sudah pasti sahamnya,” kata Wawan yang dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/1).

Baca Juga: Reksadana Indeks Makin Populer Bagi Investor Pasif, Ini Alasannya

Ia melanjutkan, dengan karakteristik tersebut ETF menjadi lahan investasi yang menarik terutama bagi investor institusi. Dari segi likuiditas, Wawan nilai jika bermain di ETF pasar primer juga cenderung likuid sehingga menambah daya tarik ETF. 

Dana kelolaan ETF, Wawan menyebutkan juga alami pertumbuhan signifikan karena berada di atas rata-rata industri berkisar di angka Rp 17 triliun.

Presiden Direktur PT Pinnacle Investment Guntur Putra menambahkan, ETF merupakan salh satu aset kelas yang menarik di tahun 2020 didukung oleh unggulnya ETF dalam hal transparansi, fleksibilitas dan likuiditas.

Dari segi minat investor sendiri, Guntur sebut minat investor terhadap produk ETF cukup positif dibuktikan dari bertumbuhnya produk ETF yang diluncurkan dan pertumbuhan AUM ETF.

Baca Juga: Penerbitan Produk ETF Makin Semarak, Dana Kelolaan Melesat

“Cukup positif, Pinnacle sebagai salah satu manajer investasi yang menerbitkan produk ETF yang inovatif, dalam 3 tahun terakhir ini kami sudah menerbitkan 7 produk ETF baik pasif maupun aktif, dan dari jumlah produk dan total AUM ETF di Pinnacle juga tumbuh secara positif,” tutur Guntur.

Karenanya, Ia masih menilai industri ETF masih sangat berpotensi untuk berkembang lebih pesat di tahun 2020 bahkan tahun –tahun ke depannya.

Tantangan Pasar ETF

Kendati masih prospektif dan digadang akan terus bertumbuh, Wawan nilai masih terdapat tantangan di dalam industri ETF yang masih sulit untuk ditaklukan. Tantangan ini berasal dari preferensi investor yang terlibat dalam industri ETF.

“Problemnya memang bagaimana membuat ETF ini diterima oleh investor ritel. Itu si yang belum terpecahkan 2-3 tahun terakhir. Karena kalau ritel mainnya kecil-kecil otomatis gak bisa main di pasar primer di ETF, jadi tidak terlalu liquid dan  tidak terlalu menarik juga untuk ritel. Sehingga ini yang menjadi problem ETF sekarang,” kata Wawan.

Baca Juga: Tren kenaikan minat reksadana ETF masih akan berlanjut

Wawan juga sebut saat ini pangsa pasar ETF 90% berasal dari investor institusi. Dari segi kemudahan bagi investor yang hendak membeli ETF menurut Wawan jika dibandingkan dengan reksadana ETF memiliki proses yang lebih rumit.

Pasalnya ETF dapat dibeli dengan prosedur yang sama dengan pembelian saham sementara reksadana dapat dibeli melalui platform-platform keuangan yang saat ini mulai menjamur.

Guntur juga nilai dominasi investor di pasar sekunder cenderung masih belum signifikan namun dari segi efisiensi, pasar primer telah menyediakan mekanisme pricing yang efisien.

Baca Juga: Banjir tawaran reksadana ETF, mana yang menarik?

“Untuk di pasar sekunder dari sisi jumlah dan nominal transaksi sepertinya memang masih belum signifikan, tapi jika dilihat dari sisi efisiensi harga, pasar primer sudah menyediakan mekanisme ETF pricing yang efisien, karena di pasar primer tidak ada fraksi harga dan juga bid/offer di pasar primer juga cukup rapat,” kata Guntur.

Meskipun masih harus berhadapan dengan beberapa tantangan, Guntur sebut Pinnacle Investment berencana untuk merilis produk ETF terbarunya di tahun 2020 ini yang kemungkinan akan diluncurkan pada Q1 2020.

“Pinnacle sedang menyiapkan beberapa produk ETF yang akan diluncurkan di 2020 dan mungkin ada 1 atau 2 yang kita akan coba luncurkan di Q1 2020 tahun ini,” papar Guntur menutup wawancara dengan Kontan.co.id.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×