Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan reksadana yang dapat ditransaksikan di bursa atau exchange traded fund (ETF) semakin menunjukkan eksistensinya di industri reksadana.
Inarno Djajadi Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) menjabarkan dalam Indonesia ETF Conference 2019 yang diadakan PT Indo Premier Sekuritas, Rabu (20/11), produk reksadana ETF tumbuh 260% dari 10 produk di 2017 menjadi 36 per November 2019. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana ETF juga meningkat 136% di periode yang sama, dari Rp 6,4 triliun menjadi Rp 15,2 triliun.
Kompak, jumlah manajer investasi (MI) yang meluncurkan reksadana ETF bertambah dari hanya tiga MI menjadi 16 MI. Begitu pun, diler partisipan bertambah dari dua diler partisipan menjadi enam diler partisipan.
Baca Juga: Per Oktober 2019, dana kelolaan BNI Asset Management tumbuh Rp 6 triliun
Inarno memandang semakin banyak investor yang masuk ke reksadana ETF mencerminkan bahwa investor yakin reksadana ETF bisa tumbuh dan menjadi pilihan alternatif investasi. Namun, Direktur Utama IndoPremier Sekuritas Moleonoto The memandang, tren pertumbuhan reksadana ETF belum cukup signifikan bila dibandingkan dengan potensi pasar yang besar.
Moleonoto mengatakan, total investor institusi di Indonesia lebih dari 300 institusi. Sementara, sepengamatannya jumlah investor institusi yang pernah dan masih memegang reksadana ETF hanya 115 institusi.
"Harapan saya, paling tidak investor institusi kompak menjadikan reksadana ETF sebagai instrumen utama dalam mengelola investasi mereka," kata Moleonoto. Oleh karena semua stakeholder harus konsisten mempromosikan reksadana ETF.
Baca Juga: Inilah jawara dana kelolaan manajer investasi
Sekadar informasi, saat ini komposisi investor reksadana ETF didominasi investor institusi dengan porsi 98% terhadap total AUM. Sedangkan, sisa porsi 2% diisi oleh investor ritel.