Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penurunan harga minyak diperkirakan akan membawa dampak positif terhadap kinerja PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Pasalnya, beban bahan bakar yang harus ditanggung emiten penerbangan ini cukup besar sehingga setiap penurunan harga minyak mengurangi biaya bahan bakar.
Franky Rivan, analis PT Daewoo Securities Indonesia mengatakan, pemangkasan harga avtur yang dilakukan Pertamina di Bandara Soekarno-Hatta sebesar 5% seiring penurunan harga minyak mentah bisa memberikan penghematan yang cukup besar bagi GIAA.
"Dengan penurunan itu, GIAA bisa melakukan penghematan dari beban bahan bakar sebesar US$ 20 juta hanya dari bandara Soekarno-Hatta," katanya pada KONTAN baru-baru ini.
Dia bilang, penghematan tersebut cukup besar karena 50%-60% armada pesawat perseroan dilayani di Bandara tersebut. Sepanjang Januari-September 2015, biaya bahan bakar berkontribusi 29% terhadap total beban Garuda Indonesia.
Oleh karena itu, Franky melihat prospek kinerja GIAA tahun ini akan positif. Selain akan menuai penghematan dari penurunan harga minyak, menurutnya perseroan juga akan diuntungkan dari pembebasan pajak impor spare tahun ini.
Sebelumnya, pajak impor ini dikenakan 5%-10%. Tahun 2014, pemerintah memberi insentif kepada GIAA dengan membebaskan pajak impor spare part karena perseroan merugi.
Menurut Franky, valuasi harga GIAA saat ini sangat murah sekali yakni 0,7 x, sementara dalam rata-rata lima tahun mencapai 1,2 x-1,5 x. Oleh karena itu, dia melihat peluang harga saham untuk tumbuh sangat besar. Hanya saja, dia belum bisa memberikan target harga GIAA saat ini.
Kendati demikian, dia melihat tahun ini GIAA juga masih akan menghadapi tantangan dari sisi nilai tukar. Jika nilai tukar bergejolak maka akan menekan kinerja perseroan karena sebagian besar pengeluarannya menggunakan dollar AS, sementara pendapatan perseroan lebih banyak dalam rupiah.
Franky mengatakan, hampir 70% pengeluaran GIAA menggunakan dollar AS dan penerimaan dalam rupiah mencapai sekitar 60%. Sehingga ketika nilai tukar bergejolak akan berdampak negatif pada kinerja perseroan.
"Sebetulnya tidak masalah masih menguat karena mereka bisa mengatasi itu dengan menaikkan harga tiket. Yang jadi masalah adalah ketika nilai tukar terus berfluktuasi," jelas Franky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News