Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom mengonfirmasi adanya rencana initial public offering (IPO) salah satu anak usahanya, yakni perusahaan menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi atau Mitratel. IPO ini dilakukan untuk mengoptimalkan bisnis dan aset Mitratel.
Sebagai informasi, Mitratel memiliki lebih dari 16.000 unit menara setelah mengakuisisi 3.100 menara Indosat pada tahun 2019. Mitratel disebut sebagai perusahaan menara telekomunikasi terbesar kedua setelah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang kini memiliki lebih dari 20.000 unit menara.
Vice President Corporate Communication Telkom Arif Prabowo mengatakan, Telkom tengah melakukan konsolidasi internal terkait IPO ini. "Kami mengkaji rencana secara lebih detail terhadap wacana tersebut sebagai upaya value creation bisnis tower yang lebih menguntungkan bagi perusahaan," kata pria yang akrab disapa Bobby saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (30/9).
Tapi, dia enggan merinci terkait waktu pelaksanaan dan besaran nilai emisi yang diincar dari IPO ini. Yang jelas, implementasi rencana ini membutuhkan pertimbangan waktu yang tepat. "Telkom mempertimbangkan kondisi makro yang direpresentasikan dari kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan industri menaranya," ungkap dia.
Baca Juga: Begini rekomendasi analis untuk saham-saham indeks LQ45
Merujuk riset tanggal 23 September 2020, JP Morgan menilai, IPO ini akan memberikan manfaat bagi Telkom karena dapat mengkristalisasi nilai portofolio menara Telkom dan hasil dari IPO dapat mendukung dividen. IPO ini juga dapat menciptakan arbitrase nilai relatif karena saham-saham menara di Indonesia diperdagangakan pada EV/EBITDA satu tahun yang ekuivalen 11 kali, sedangkan TLKM hanya 4,5 kali.
Analis JP Morgan Ranjan Sharma mengestimasi, enterprise value (EV) 2021 Mitratel adalah sebesar US$ 2,3 miliar-US$ 3,9 miliar atau setara Rp 33,35 triliun-Rp 56,55 triliun dengan asumsi kurs Rp 14.500 per dolar Amerika Serikat. Jumlah tersebut sama dengan 10%-18% EV TLKM tahun 2021.
"Dalam analisis penilaian, kami berasumsi TLKM akan mengalihkan 20%-80% menara dari Telkomsel ke Mitratel, dengan tarif sewa Rp 13 juta per bulan. Ini serupa dengan tarif sewa saat ini di pasar dan benchmark opex TBIG," kata Ranjan dalam riset.
Baca Juga: Netflix disebut mendominasi traffic, ini yang diminta Telkom (TLKM)
Dengan asumsi tersebut, ia menghitung EBITDA Mitratel berkisar dari Rp 3,5 triliun hingga Rp 4,7 triliun (US$ 240 juta-US$ 324 juta). Dengan begitu, kelipatan EV/EBITDA Mitratel adalah sebesar 9-10 kali. Angka ini lebih rendah dari estimasi EV/EBITDA tahun 2021 TOWR atau TBIG yang ekuivalen 11 kali.
Analis Kresna Sekuritas Etta Rusdiana juga menilai, valuasi Mitratel bisa lebih tinggi dibandingkan dengan Telkom. Pasalnya, industri menara telekomunikasi memiliki rata-rata EV/EBITDA yang lebih tinggi dibandingkan operator selular.
Sementara tantangan bagi Mitratel adalah meningkatkan EBITDA margin. "Hal ini bisa diraih melalui efisiensi operasional atau meningkatkan harga jual rata-rata atau ASP. Jika meningkatkan ASP, tentu ini menjadi beban tambahan bagi pelanggan, termasuk Telkomsel," kata Etta.
Menurut Etta, IPO Mitratel bakal berdampak positif bagi saham TLKM karena dapat membuka kunci nilai perusahaan. "Selama ada diskon dibandingkan saham menara lain, saya rasa minat investor masih akan tinggi," ucap dia.
Baca Juga: Telkomsel catat pertumbuhan layanan bisnis digital 10%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News