Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ingin memperkuat permodalan tahun ini untuk bisa menggarap proyek-proyek infrastruktur. Oleh karena itu, perseroan tetap berencana right issue tahun ini meskipun Penyertaan Modal Negara (PMN) dibatalkan.
WIKA akan menyusulkan kepada kementerian BUMN untuk melakukan right issue dengan tingkat dilusi pemerintah maksimal 9% dengan target perolehan dana Rp 2 triliun.
Bintang Perbowo, Direktur Utama WIKA mengatakan, mengatakan penguatan modal tersebut sangat diperlukan perseroan untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur pemerintah. "Kita akan meminta izin kepada pemegang saham mayoritas minggu depan untuk right issue sekitar 9%-10% dilusinya jika PMN tidak jadi," katanya di Jakarta, Kamis (28/4).
Dengan penambahan ekuitas sebesar Rp 2 triliun maka perseroan akan memiliki ruang untuk mencari tambahan pendanaan eksternal sebesar Rp 6 triliun tahun ini. Oleh karena, kata Bintang, perseroan akan bisa mengantongi dana sekitar Rp 8 triliun tahun ini untuk membidik proyek kelistrikan, jalan tol dan lain-lain. Sedangkan rasio utang terhadap ekuitas WIKA per akhir tahun 2015 sudah mencapai 2,5 kali.
WIKA telah mengajukan PMN kepada pemerintah sebesar Rp 4 triliun tahun ini. Namun pembahasan pemberian penyertaan modal negara tersebut masih tertunda dan akan di bahas kembali dalam APBNP 2016.
Pemerintah saat ini memiliki 65,05% saham WIKA, dan 34,95% sisanya dimiliki oleh publik. Jika rencana right issue tersebut diizinkan maka porsi kepemilikan pemerintah akan berkurang menjadi sekitar 55% namun masih tetap mayoritas.
Tahun ini, WIKA menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp 6,98 triliun. Ini turun dari rencana semula yakni Rp 10,6 triliun karena ketidakpastian PMN. sekitar Rp 1 triliun capex akan dianggarkan dari kas internal dan Rp 5 triliun selebihnya akan diandalkan dari pinjaman bank.
Secara rinci, sebesar Rp 4,2 triliun capex akan digunakan untuk pengembangan usaha, penyertaan pada anak usaha senilai Rp976,55 miliar dan investasi aset tetap Rp593,5 miliar.
Tahun ini, perseroan masih membidik dua proyek jalan tol yakni ruas Manado-Bitung dan Balikpapan-Makassar. Sementara itu, perseroan juga membidik proyek -proyek kelistrikan baik sebagai kontraktor (Engineering, Procurement, Construction/EPC) maupun sebagai investor. Saat ini WIKA tengah mengerjakan proyek EPC dengan Mitsubishi Corporation dengan total nilai kontrak mencapai Rp 2,4 triliun.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan secara bisnis prospek WIKA cukup bagus tahun ini di tengah banyaknya program-program infrastruktur yang tengah digalakkan oleh pemerintah. "Itu bisa menjadi sumber pendapatan mereka," katanya.
Namun, dia bilang WIKA membutuhkan penambahan ekuitas untuk bisa menggarap proyek-proyek infrastruktur tersebut. Sebab jika tidak ada penambahan ekuitas maka ruang untuk melakukan pinjaman perbankan akan semakin tipis.
Menurut Hans, jika usulan PMN maupun right issue dengan dilusi pemerintah tetap ditolak oleh parlemen maka prospek WIKA ke depan akan menurun. Perseroan tidak akan bisa leluasa lagi memperluas ekspansinya meskipun peluang proyek cukup besar.
Hans masih merekomedansikan buy untuk saham WIKA dengan target harga Rp 3.100.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News