Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto
Pencapaian yang cukup gemilang tersebut berasal dari efisiensi yang digalakkan perseroan. Di semester I-2016 ini biaya pengupasan tanah (stripping cost) perusahaan hanya 4,3x atau lebih rendah dari proyeksi sepanjang tahun ini yaitu 4,7x. Hal tersebut mengarah ke cash cost yang lebih rendah untuk semester pertama tahun 2016.
"Tapi kami pikir angka tersebut akan tumbuh di paruh kedua tahun ini sejalan dengan rencana perusahaan untuk mengerjakan pengupasan tanah lebih banyak sebelum memasuki musim hujan di akhir tahun," jelas Christian.
Sementara, Sharlita memperkirakan cash cost ADRO berada di level US$26.2 per ton dan stripping ratio 4.9x di tahun ini. "Kami percaya kondisi ini bisa meningkatkan marjin ke depan,"jelasnya.
Lebih lanjut Sharlita percaya ruang untuk bertumbuhnya ADRO masih terlihat. Sharlita memproyeksikan pertumbuhan ADRO, pada tahun ini bisa mencapai US$ 205 juta dan tahun depan sebesar US$244 juta.
Proyeksi tersebut didorong oleh efisiensi biaya serta keadaan makro, yaitu kondisi oversupply sudah relatif membaik dan pemulihan harga batubara diperkirakan lebih stabil pada semester dua tahun ini.
Menurut Christian dan Sharlita sebaiknya membeli saham ADRO dengan sasaran harga Rp 1.500 per saham.
Frederick Daniel analis Indo Premier Securities juga merekomendasikan beli saham ADRO dengan target Rp 1.500. Pada perdagangan hari ini (15/09) harga saham ADRO bergerak naik 4,02% menjadi Rp 1.165 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News