Reporter: Aldo Fernando | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis berpendapat prospek emiten konstruksi akan positif pada tahun ini. Di mana ada tiga emiten konstruksi plat merah membukukan pertumbuhan laba bersih selama 2018. Ketiga emiten tersebut adalah PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), dan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).
Sementara, PT Acset Indonusa Tbk (ACST), emiten konstruksi swasta, mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan pada tahun lalu.
WIKA yang merupakan anggota indeks Kompas100 ini, membukukan kenaikan laba bersih untuk tahun buku 2018. Laba bersih WIKA naik 43,94% menjadi Rp 1,73 triliun pada tahun lalu.
Di sisi lain PTPP mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,50 triliun pada 2018. Jumlah ini tumbuh 3,36% dari Rp1,45 triliun pada 2017.
Lalu WSKT membukukan kenaikan laba bersih sebesar 2,08% Rp 3,96 triliun pada 2018. Pada tahun 2017 laba bersih perusahaan sebesar Rp 3,88 triliun.
Sementara, laba bersih ACST pada 2018 anjlok sebesar 88,13% menjadi Rp 18,3 miliar dari sebelumnya sebesar Rp 154,2 miliar pada 2017.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji berpendapat, emiten konstruksi akan memiliki prospek yang positif tahun ini. Kata Nafan, secara umum kebijakan pemerintah terkait dengan akselerasi infrastruktur akan memberikan katalis positif bagi emiten.
"Adapun Proyek Strategis Nasional yang masih banyak tersisa untuk di eksekusi akan memberikan katalis positif bagi emiten. Di sisi lain, stabilitas nilai tukar rupiah juga menjadi katalis positif bagi emiten. Apalagi pergerakan harga saham memiliki valuasi yang sangat menarik," jelasnya pada Kontan.co.id, Kamis (21/3).
Sementara analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan menilai, prospek emiten konstruksi masih bisa bertumbuh positif. "Namun pertumbuhan di tahun ini diperkirakan akan sedikit melambat. Ini terlihat dari APBN untuk konstruksi yang hanya naik tipis," kata Dennies.
Dennies menyebut, WIKA merulakan salah satu emiten konstruksj yang terbaik karena secara bisnis terintegrasi dengan baik. "Selain itu secara keuangan juga WIKA bisa dibilang sangat sehat. Ini terlihat dari rasio utang yang rendah dan cash flow yang positif," imbuhnya.
Senada, analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan berpendapat, prospek emiten konstruksi relatif lebih baik di tahun 2019 ini. "Salah satunya adalah dari anggaran infrastruktur dalam APBN 2019 yang kembali mencatatkan all time high," ujarnya.
Valdy menjelaskan, iklim investasi tahun ini yang relatif lebih baik, dilihat dari salah satu faktornya, yaitu stabilitas nilai tukar rupiah seiring dengan stabilitas tingkat suku bunga.
"Info terbaru menunjukkan ekspektasi bahwa The Fed akan lebih berhati-hati dalam menaikkan suku bunganya, bahkan sejumlah ekonom memperkirakan tidak ada kenaikan bunga The Fed pada tahun 2019. Dengan demikian, proyek-proyek di luar proyek pemerintah berpotensi meningkat pada tahun 2019 ini," ujar Valdy.
Valdy merekomendasikan WIKA dengan target price jangka pendek (1-2 bulan) 2.200, WSKT dengan target price jangka pendek (1-2 bulan) 2.200, ADHI dengan target price jangka pendek (1-2 bulan) 1. 800 dan PTPP dengan target price jangka pendek (1-2 bulan) 2.440.
Dennies merekomendasikan beli WIKA dengan target 2.260 hingga akhir tahun.
Sementara, Nafan merekomendasikan akumulasi beli untuk keempat emiten tersebut di atas, yakni ACST dengan target price di level 1.990, WSKT dengan target price di level 2.240, WIKA dengan target price di level 2.370, dan PTPP dengan target price di level 2.540.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News