Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
Di samping itu, Lanjut Frederik, harga jagung (yang merupakan bahan pakan ternak ayam) juga ikut baik bahkan lebih tinggi dibandingkan dua tahun belakangan. “Hal ini menyebabkan ongkos peternak juga meningkat,” lanjutnya.
Harga jagung dalam negeri saat ini berkisar Rp 4.000-Rp 4.500, sementara harga jagung di pasar internasional hanya Rp 3.100 – 3.200 per kilogram.
Untuk itu, ia menargetkan harga JPFA hingga akhir tahun mencapai level Rp 1.700 per saham. Target dipasang mengingat pasokan ayam saat ini lebih stabil setelah pemerintah melakukan ‘culling program’ pada Juni 2019 lalu.
Culling program dilakukan dengan melakukan pemusnahan dini indukan ayam untuk menghentikan kelebihan pasokan (suplai) ayam yang terus berlanjut.
Baca Juga: Saham JPFA menutup perdagangan dengan rapor hijau, naik 0,99%
Di sisi lain, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai sektor bisnis JPFA masih prospektif.
Per 30 Juni 2019, JPFA membukukan penjualan bersih sebesar 18,24 triliun atau naik 9,22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Meski demikian, laba bersih emiten penghuni Indeks Kompas100 ini turun 25,17% menjadi Rp 829,28 miliar.
William pun merekomendasikan beli (buy) saham JPFA dengan target Rp 1.750 per saham. “Akumulasi yang terjadi pada saham ini cukup besar dibandingkan yang lainnya,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News