kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.826.000   20.000   1,11%
  • USD/IDR 16.565   5,00   0,03%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Analis: Emiten kosmetik harus lebih bersolek lewat iklan


Sabtu, 10 Agustus 2019 / 07:15 WIB
Analis: Emiten kosmetik harus lebih bersolek lewat iklan
ILUSTRASI.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten kosmetik nampaknya harus lebih sering bersolek di tengah persaingan bisnis yang makin ketat. Pasalnya, kinerja emtien di sektor ini masih mengkhawatirkan sepanjang semester I 2019.

Tercatat bahwa rata-rata pendapatan emiten sektor ini merosot hingga 13,14% year on year (yoy) dan labanya pun minus hingga 83,73% yoy. Sejumlah analis menilai saat ini kosmetik sulit berkembang karena persaingan dengan produk impor.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menjelaskan produk kosmetik dalam negeri tertekan dengan produk impor yang harganya lebih murah sehingga konsumen tentu beralih ke produk yang lebih pas di kantong.

Baca Juga: Bulan depan Medco Energi harus bayar utang Rp 549 miliar, uangnya dari mana?

“Kosmetik agak sulit untuk berkembang dari persaingan, kecuali mereka berhasil meningkatkan brand awareness dengan iklan dan sponsor,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (9/8).

Menyoal salah satu strategi yang digunakan emiten kosmetik yakni menambah varian produknya, menurut William kemungkinan kecil akan berpengaruh. William bilang emiten kosmetik bisa mempelajari contoh dari perusahaan sejenis yang lebih laris produknya.

Tapi lagi-lagi, produk kecantikan menurut William semua fungsinya sama dan yang diadu adalah harga serta brand awareness-nya. William mengatakan ada kemungkinan jika impor dibatasi pada paruh kedua tahun ini keadaannya bisa lebih membaik.

Kendati demikian, momentum di sepanjang paruh kedua tahun ini belum bisa mendongkrak kinerjanya. William memberikan contoh event seperti Indonesia Beauty Expo yang diselenggarakan pada April lalu tidak berhasil mengerek kinerja emiten. Malahan hasilnya menurun.

Jadi menurut William dari segi sentimen belum ada yang mendukung kenaikan emiten-emiten di sektor kecantikan.

Baca Juga: Produksi batubara KKGI naik 289,60% pada semester I-2019

Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama menambahkan tertekannya sektor kosmetik akibat tingginya harga bahan baku impor apalagi ketika rupiah mengalami depresiasi.

“Sentimen lainnya karena ekspektasi kinerja pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor penghalang bagi emiten untuk meningkatkan kinerja penjualan produk,” jelasnya.

Salah satu strategi yang baik dilakukan emiten kosmetik adalah meningkatkan brand awareness lewat iklan atau promosi untuk mendongkrak kinerja penjualan.

Nah untuk mengurangi bebannya, Nafan menyatakan emiten kosmetik di sektor ini perlu melakukan efisiensi bisnis.  Misalnya adalah gunakanlah segala sumber daya perusahaan secara efektif. Berikutnya adalah mengeluarkan produk-produk dalam kemasan ekonomis.

Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) catat rekor tertinggi sepanjang masa, simak rekomendasi analis

Tekanan pada sektor kecantikan dirasakan betul oleh PT Martina Berto Tbk (MBTO) sebab pada semester I 2019 perusahaan ini membukukan penurunan pendapatan hingga 14,46% year on year (yoy) dari yang sebelumnya Rp 277,90 miliar menjadi Rp 242,53 miliar. 

Adapun MBTO belum bisa membalikkan keadaan rugi bersih yang dideritanya sejak dua tahun lalu atau tepatnya 2017. Di semester I ini MBTO bukuan rugi bersih sebesar Rp 17,18 miliar. Namun rugi ini tercatat berkurang dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 21,64 miliar.

Sekretaris Perusahaan MBTO Muhammad Shabri Hasan Sekretaris Perusahaan MBTO Muhammad Shabri Hasan menjelaskan rugi bersih yang dibukukan pada tahun ini disebabkan oleh perekonomian 2019 masih belum pulih serta persaingan pasar sangat kuat.

Baca Juga: Punya utang Rp 200 miliar, Mitra Adi Perkasa (MAPI) akan bayar pakai kas internal

“Penjualan kosmetik di semester I 2019 memang biasanya berkisar 45% dari total penjualan satu tahun sehingga relatif lebih rendah dibandingkan dengan semester II,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).

Adapun dalam perolehan yang mini ini, MBTO tetap menyesuaikan posisi stock pada distributor. Shabri melanjutkan MBTO juga terus aktif dalam melakukan promosi. Adapun aktifitas promosi dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan market share.

MBTO lebih fokus pada aktivitas below the line atau promosi lewat media sosial dibandingkan dengan above the line khususnya iklan TV. Nah, dengan pencapaian sales dan aktivitas promosi tersebut, MBTO belum dapat menghasilkan laba yang positif.

Kendati demikian, Shabri menyatakan beberapa strategi yang akan dilakukan MBTO adalah tetap mempertahankan promosi dan upaya meningkatkan brand awareness yakni dengan promosi secara lebih efektif.

Baca Juga: Ini 10 saham Kompas100 dengan harga paling tertekan sejak awal tahun 2019

Melihat pergerakan sahamnya, Nafan melihat saham MBTO, PT Mustika Ratu Tbk (MRAT), dan PT Mandom Indonesia Tbk (TCID) kurang likuid.

Kendati demikian untuk beberapa emiten kecantikan lain seperti PT Akasha Wira International Tbk (ADES) sahamnya menarik dan sudah menuju ke level Rp 1.285 sehingga Nafan merekomendasikan untuk akumulasi beli. 

Adapun saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR, anggota indeks Kompas100) juga sudah menuju ke level Rp 49.000 sehingga investor dapat memanfaatkannya untuk akumulasi beli.

Begitu juga dengan PT Kino Indonesia Tbk (KINO) sudah menuju ke target price yang diproyeksikan Nafan sehingga waktunya untuk investor taking profit.

Baca Juga: Wintermar (WINS) membidik kontrak di luar negeri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×