kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   21.000   1,01%
  • USD/IDR 16.495   -3,00   -0,02%
  • IDX 7.748   48,90   0,64%
  • KOMPAS100 1.084   7,66   0,71%
  • LQ45 795   12,72   1,63%
  • ISSI 264   -0,60   -0,23%
  • IDX30 412   5,94   1,46%
  • IDXHIDIV20 479   6,52   1,38%
  • IDX80 120   1,51   1,27%
  • IDXV30 131   2,38   1,84%
  • IDXQ30 133   1,53   1,16%

Anak Usahanya Bangun Pabrik Baru, Simak Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA) Berikut


Kamis, 11 September 2025 / 18:30 WIB
Diperbarui Kamis, 11 September 2025 / 18:30 WIB
Anak Usahanya Bangun Pabrik Baru, Simak Rekomendasi Saham Chandra Asri (TPIA) Berikut
ILUSTRASI. PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), melaporkan perkembangan pembangunan pabrik chlor alkali dan ethylene dichloride sudah mencapai 33%. KONTAN/Muradi


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten petrokimia milik taipan Prajogo Pangestu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), melaporkan perkembangan pembangunan pabrik chlor alkali dan ethylene dichloride (CA-EDC) mencapai 33%. Pabrik bahan kimia yang terletak di Cilegon, Banten, ini dibangun oleh anak usaha TPIA, yakni PT Chandra Asri Alkali.

Presiden Direktur sekaligus CEO Chandra Asri Group, Erwin Ciputra menjelaskan, pembangunan pabrik ini meliputi perataan lahan, pemadatan tanah, dan persiapan konstruksi fasilitas jetty. Upaya ini menurutnya turut menegaskan komitmen TPIA untuk mendukung program hilirisasi nasional. 

"Dengan hadirnya pabrik CA-EDC ini, kami berharap dapat memperkuat posisi Indonesia di pasar Asia Tenggara serta menciptakan nilai tambah ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia,” ujar Erwin dalam keterangan resmi, Senin (8/9/2025).

Lebih lanjut Erwin menjelaskan, proyek ini memasuki fase pertama yang mencakup pembangunan pabrik dengan kapasitas produksi 400.000 ton soda kaustik padat per tahun. Jumlah itu setara dengan 827.000 ton dalam bentuk cair. Selain itu, pabrik ini juga memiliki kapasitas produksi 500.000 ton ethylene dichloride.

Baca Juga: Simak Prospek dan Rekomendasi Saham Chandra Asri Pacific (TPIA)

Fase kedua, lanjut Erwin, akan berfokus pada peningkatan kapasitas produksi klor alkali serta pengembangan produk turunan berbasis klorin. “Saat ini, studi kelayakan sedang dilakukan untuk mengevaluasi potensi hilirisasi yang dapat menciptakan nilai tambah lebih besar, meningkatkan efisiensi, dan memperkuat rantai nilai industri kimia di dalam negeri,” urai Erwin.

Adapun, produksi ethylene dichloride ditargetkan untuk pasar ekspor dengan potensi devisa hingga Rp 5 triliun per tahun. Selain itu, Erwin bilang, substitusi impor soda kaustik diproyeksikan mampu memberikan penghematan hingga Rp 4,9 triliun per tahun.

Lebih jauh, pabrik ini menurut Erwin akan turut mendukung ketersediaan bahan baku penting bagi berbagai sektor industri nasional, seperti pengolahan air, pembuatan sabun dan deterjen, pemurnian alumina, hingga pengolahan nikel.

“Pembangunan akan berlanjut ke tahap fondasi, struktur bangunan, serta instalasi peralatan dan jaringan pendukung,” jelas Erwin.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer menilai, ekspansi ini akan memperkuat diversifikasi produk sekaligus mendorong pertumbuhan pendapatan jangka menengah TPIA.

Menilik posisi keuangannya di semester I, pendapatan TPIA naik signifikan dari US$ 866,49 juta menjadi US$ 2,92 miliar. Lonjakan ini terutama dipicu akuisisi Aster Chemicals and Energy Pte. Ltd (Aster) dari Shell pada 1 April 2025. Di periode ini, TPIA juga mampu membalik kerugian US$ 46,62 juta menjadi laba bersih US$ 1,61 miliar. 

Baca Juga: Chandra Asri (TPIA) Beberkan Progres Pembangunan Pabrik CA-EDC

Meski demikian, aksi akuisisi ini meningkatkan beban pokok pendapatan TPIA, dari US$ 853,64 juta menjadi US$ 3,02 miliar. Lonjakan ini dipicu integrasi nilai barang jadi milik Aster sebesar US$ 455,25 juta, kenaikan biaya bahan baku dari US$ 610,63 juta menjadi US$ 2,09 miliar, serta biaya pabrikasi yang meningkat dari US$ 104,54 juta menjadi US$ 207,96 juta. Akibatnya, TPIA mencatat rugi kotor US$ 99,51 juta, berbalik dari laba kotor US$ 12,84 juta pada periode yang sama tahun lalu.

Meski demikian, Miftahul melihat prospek TPIA masih cenderung solid, didukung oleh kebutuhan bahan kimia dasar yang tinggi.  “Meski tantangan seperti volatilitas harga energi dan kondisi global tetap perlu diperhatikan,” imbuhnya.

Secara pergerakan harga saham, TPIA menurut Miftah masih cenderung bearish. Dus, investor disarankan untuk wait and see, menunggu sinyal rebound di level Rp 6.400.

Selanjutnya: Fundamental Bisnis Emas Solid, Saham Bank Syariah Indonesia (BRIS) Naik 6,4%

Menarik Dibaca: KAI Group Layani 328 Juta Pelanggan Hingga Agustus, Naik 8,51%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×