Reporter: Rashif Usman | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) bersama PT Eka Mas Republik (MyRepublic Indonesia), entitas usaha milik PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA), mengumumkan tercapainya kesepakatan definitif untuk melaksanakan penggabungan usaha atau merger.
Proses merger tersebut ditargetkan rampung pada semester I-2026. Setelah aksi korporasi ini efektif, MORA akan menjadi entitas yang bertahan dan selanjutnya berganti nama menjadi PT Ekamas Mora Republik Tbk.
DSSA akan berperan sebagai pemegang saham pengendali PT Ekamas Mora Republik Tbk melalui kepemilikan tidak langsung.
Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, menilai merger antara MORA dan MyRepublic berpotensi memperkuat skala usaha serta menciptakan sinergi di bisnis broadband, seiring dukungan dari grup usaha besar.
Baca Juga: Mora Telematika (MORA) Berencana Merger dengan Entitas Sinarmas, Ini Detailnya
Meski begitu, dalam jangka pendek, sentimen pasar masih berpotensi tertekan oleh risiko dilusi, kebutuhan belanja modal, serta tantangan proses integrasi, sehingga pergerakan saham MORA diperkirakan tetap volatil.
"Investor perlu fokus pada detail struktur merger, besaran dilusi, skema pendanaan, dan kejelasan roadmap sinergi. Selama belum jelas, pergerakan saham cenderung dipengaruhi oleh perkembangan informasi," kata Sukarno kepada Kontan, Kamis (18/12/2025).
Selain itu, Sukarno menyarankan investor dan pelaku pasar untuk bersikap wait and see terhadap saham MORA. Secara teknikal, harga saham MORA tengah mengalami koreksi dan berpotensi membentuk pola double top.
Adapun Sukarno merekomendasikan strategi trading sell dengan target area support di kisaran Rp 8.900 hingga Rp 10.000 per saham. Jika harga mampu bertahan di area tersebut dan mulai mengalami rebound, investor dapat mempertimbangkan trading buy.
Dari sisi fundamental, valuasi MORA saat ini tergolong premium dengan rasio price to earnings (PE) sekitar 818 kali dan price to book value (PBV) sekitar 33 kali.
Dalam pemberitaan Kontan sebelumnya, Presiden Direktur PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) Krisnan Cahya menjelaskan, merger ini merupakan salah satu langkah strategis untuk memajukan agenda transformasi digital di Indonesia.
Langkah ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan industri telekomunikasi nasional sekaligus memperkuat ekosistem digital Indonesia.
Baca Juga: Saham Mora Telematika (MORA) Terus Melejit Usai EXCL Divestasi Saham
"Untuk itu, saya percaya merger ini merupakan langkah untuk mendukung agenda digital Indonesia dalam percepatan dan pemerataan ekosistem digital di tanah air," kata Krisnan dalam keterangannya, Kamis (18/12/2025).
Krisnan menambahkan bahwa kedua perusahaan memiliki kekuatan jaringan yang saling melengkapi. Moratelindo adalah Penyedia Akses Jaringan (NAP) dan Penyedia Layanan Internet (ISP) yang telah beroperasi sejak tahun 2000, serta menjadi salah satu penyedia jaringan tulang punggung telekomunikasi berbasis serat optik terbesar di Indonesia.
Hingga September 2025, MORA mengoperasikan lebih dari 57 ribu kilometer kabel serat optik dan enam data center dengan kapasitas total 3,3 megawatt. Perusahaan ini juga melayani lebih dari 16,8 ribu pelanggan enterprise, hampir satu juta homepass, serta lebih dari 296 ribu pelanggan ritel.
Di sisi lain, MyRepublic Indonesia dikenal sebagai salah satu penyedia layanan fiber to the home (FTTH) terdepan di Tanah Air.
Per September 2025, MyRepublic Indonesia melayani lebih dari 1,52 juta pelanggan ritel dengan kecepatan internet hingga 1 Gbps, serta didukung jaringan serat optik sepanjang lebih dari 58 ribu kilometer dengan total homepass mencapai lebih dari 8,7 juta.
Direktur Utama Moratelindo Jimmy Kadir melihat, merger ini sebagai langkah transformasional yang akan mendukung realisasi visi perusahaan untuk menjadi penyedia infrastruktur dan layanan digital terintegrasi terdepan. Merger ini akan menempatkan entitas baru di garis depan masa depan digital Indonesia.
Jimmy bilang cakupan jaringan dan kapasitas infrastruktur yang saling melengkapi dapat menghadirkan layanan yang lebih stabil, cepat, dan cakupan lebih luas bagi pelanggan, sekaligus mempercepat ekspansi jaringan secara optimal.
Direktur Utama dan CEO MyRepublic Indonesia Timotius Max Sulaiman menyampaikan bahwa penggabungan ini dipandang sebagai langkah strategis untuk menciptakan sinergi finansial yang berkelanjutan.
Sinergi tersebut diharapkan dapat diwujudkan melalui optimalisasi biaya operasional serta pencegahan duplikasi belanja modal dan pembangunan infrastruktur, yang dilakukan dengan pemanfaatan aset jaringan mulai dari backbone hingga last mile.
"Sinergi ini akan membuka peluang pertumbuhan perusahaan yang lebih luas dengan potensi yang semakin besar," tambah Timotius.
Dalam prospektus yang dirilis pada Kamis (18/12/2025), secara teoritis, porsi kepemilikan saham para pemegang saham MORA maupun EMR akan mengalami dilusi secara proporsional sesuai dengan rasio konversi. Dalam skema tersebut, setiap satu saham EMR akan dikonversi menjadi setara dengan 7.703,807548 saham MORA.
Saham tersebut dialokasikan kepada pemegang saham EMR berdasarkan rasio konversi atas jumlah saham EMR yang beredar sebelum penggabungan. Oleh karena itu, dilusi untuk pemegang saham MORA yang ada akibat penggabungan usaha ini akan sebesar 50,50%.
Setelah penggabungan efektif, dengan asumsi tidak ada pemegang saham MORA dan EMR yang akan menjual saham yang dimilikinya, maka struktur permodalan dan komposisi pemegang saham dari perusahaan yang melakukan penggabungan antara lain PT Innovate Mas Utama sebesar 48,36%, PT Candrakarya Multikreasi 17,81%, PT Gema Lintas Benua 15,93%, PT Innovate Mas Indonesia 1,16%, PT DSST Mas Gemilang 0,96%, PT Buana Mas Sejahtera 0,000016%, dan masyarakat 16,74%.
Selanjutnya: Tony Blair: Uni Eropa Harus Melakukan Reformasi atau Tersisih dari AS dan China
Menarik Dibaca: Ciri-Ciri Anak Perfeksionis dan 6 Cara Menghadapinya dengan Tepat, Moms Harus Tahu!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













