Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan, banyak emiten yang berencana untuk menambah atau mengubah kegiatan usaha atau Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Hal ini dinilai analis sebagai sinyal adaptasi perusahaan di tengah dinamika ekonomi dan kompetisi yang tinggi.
Melansir publikasi sejumlah emiten di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Oktober 2025, setidaknya ada 10 emiten yang berencana untuk menambah atau mengubah bidang usahanya pada bulan ini.
Salah satu di antaranya ialah PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI). Emiten telekomunikasi ini hendak menambah tiga KBLI baru untuk meningkatkan labanya, mencakup Perdagangan Besar Peralatan Telekomunikasi (KBLI 46523), Aktivitas Telekomunikasi Tanpa Kabel (KBLI 61200), dan Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi Mesin, Peralatan, dan Barang Berwujud Lainnya YTDL (77399).
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham dan Peluang Kinerja Emiten Sektor Infrastruktur
Manajemen WIFI berharap, penambahan usaha ini dapat meningkatkan efisiensi biaya opersional perseroan ke depan. Diperkirakan, laba usaha dan laba bersih WIFI akan meningkat masing-masing sekitar Rp 23 miliar dan Rp 18 miliar.
PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) juga punya rencana serupa, dengan menambah hingga 10 KBLI baru, di antaranya Konstruksi Sentral Telekomunikasi (KBLI 42206), Konstruksi Bangunan Prasarana Sumber Daya Air (KBLI 42911), Konstruksi Bangunan Pelabuhan Bukan Perikanan (KBLI 42912), Konstruksi Bangunan Sipil Minyak dan Gas Bumi (KBLI 42915).
Lalu, konstruksi Bangunan Sipil Pertambangan (KBLI 42916), Konstruksi Bangunan Sipil Panas Bumi (KBLI 42917), Konstruksi Bangunan Sipil Fasilitas Olahraga (KBLI 42918), Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya Ytdl (KBLI 42919), Konstruksi Bangunan Sipil Fasilitas Pengolahan Produk Kimia, Petrokimia, Farmasi, dan Industri Lainnya (KBLI 42923), dan Konstruksi Khusus Bangunan Sipil Lainnya Ytdl (KBLI 42929).
Manajemen mengatakan, penambahan tersebut merupakan kebutuhan mendesak untuk menanggapi dinamika pasar dan teknologi konstruksi global.
Rencana pelebaran sayap juga telah dirancang PT Semen Baturaja Tbk (SMBR). Emiten semen ini akan memasukan Aktivitas Konsultasi Manajemen Lainnya (KBLI 70209) ke dalam lini usahanya.
Penambahan ini dilakukan untuk mendukung integrasi operasional SMBR ke dalam kelompok usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) sekaligus memberikan dasar hukum bagi kegiatan koordinasi penjualan dan manajemen di wilayah Jambi, Sumatera Selatan, dan Lampung.
Tak mau kalah, emiten produsen sekaligus distributor daging olahan PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) juga akan menggarap lini bisnis baru berupa Pembibitan dan Budidaya Sapi Perah (KBLI 01412), Pembibitan dan Budidaya Kerbau Potong (KBLI 01413), Perdagangan Besar Binatang Hidup (KBLI 46205), dan Perdagangan Besar Susu dan Produk Susu (KBLI 46326).
Baca Juga: Emiten Ramai Tambah Kegiatan Usaha, Mana yang Prospektif?
Tak hanya itu, BEEF akan turut menjamah bidang bidang penyimpanan Penyimpanan (KBLI 52101), yang mencakup usaha penyimpanan barang sementara dengan tujuan komersial sebelum didistribusikan ke tujuan akhir.
Kata manajemen BEEF, penambahan ini dilakukan guna memperkuat rantai pasok usaha BEEF sekaligus menjaga keberlanjutan pasokan protein hewani nasional.
Di sisi lain, PT Cakra Buana Resources Tbk (CBRE) melapor hendak mengubah kegiatan usahanya dari angkutan laut dalam negeri menjadi Angkutan Laut Luar Negeri untuk Barang Umum (KBLI 50141) dan Aktivitas Penunjang Angkutan Perairan Lainnya (KBLI 52229).
Manajemen CBRE mengungkapkan, langkah ini dilakukan untuk mendiversifikasi layanan, menjangkau pasar luar negeri, serta memperkuat posisi CBRE dalam industri maritim nasional.
Menurut Kepala Riset Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, fenomena ini dapat ditangkap sebagai sinyal adaptasi korporasi terhadap perubahan tren bisnis dan arah ekonomi baru.
Dia mencermati, banyak perusahaan yang hendak menjajaki sektor baru yang prospektif, seperti digital, energi baru terbarukan (EBT), logistik, dan kesehatan.
“Tapi tidak semuanya karena ekspansi agresif, ya. Ada juga yang diversifikasi defensif, artinya mereka menyiapkan ruang kalau bisnis utamanya stagnan,” tegas Wafi saat dihubungi Kontan, Senin (27/10/2025).
Customer Engagement and Market Analyst Department Head, BRI Danareksa Sekuritas, Chory Agung Ramdhani pun punya pendapat serupa. Upaya ini bisa menjadi jalan pintas emiten untuk menyelamatkan usahanya di tengah ketidakpastian ekonomi.
“Secara umum, fenomena ini lebih menggambarkan keharusan adaptasi di tengah perubahan kondisi ekonomi dan kompetisi, ketimbang ekspansi agresif semata,” ujar Chory.
Wafi melanjutkan, hal yang perlu dilihat dari geliat ini ialah eksekusinya, sebab menambah KBLI tak otomatis akan mendongkrak pendapatan. Perlu dilihat, apakah emiten tersebut memiliki kemampuan untuk masuk ke lini baru tersebut.
Chory menambahkan, investor penting pula mempertanyakan, apakah modal dan peta jalan usaha baru tersebut jelas atau hanya tempelan administratif semata.
Tak kalah penting, investor perlu jeli mencermati apakah sektor baru yang dijajaki prospektif dan berpotensi memperkuat nilai perusahaan, atau justru mengaburkan fokus inti bisnis usaha. “Risiko gimmick market—harga naik sementara tanpa fundamental mendukung,” jelas Chory.
Rekomendasi Saham
Di antara emiten-emiten tersebut, Chory melihat WIFI tampak paling prospektif, mengingat perusahaan ini bergerak di sektor digital dan konektivitas yang tengah naik daun.
“Beberapa analis pasar menyebut potensi target harga di kisaran Rp 4.000, meski perlu dicatat risiko persaingan dan kebutuhan investasi besar,” ujarnya.
TGUK pun sama, karena berusaha masuk ke sektor konsumsi dasar yang prospektif. Namun dia memberi catatan, margin agribisnis cenderung ketat dan bergantung pada eksekusi rantai nilai, sehingga tingkat prospeknya moderat.
Wafi juga sepakat, kedua emiten tersebut telah memiliki arah usaha yang strategis dengan dukungan modal kuat.
“Sedangkan CBRE dan TOTL bisa dicermati kalau ada bukti ekspansi bisnis barunya mulai jalan,” tutup Wafi.
Selanjutnya: Target DME Tahun Depan: Perhapi Usul Pabrik Pengolahan Batubara Terpusat
Menarik Dibaca: Awas Hujan Ekstrem di Provinsi Ini, Cek Peringatan Dini Cuaca Besok (28/10) dari BMKG
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













