kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Akhir tahun, imbal hasil obligasi bakal turun


Kamis, 03 September 2015 / 19:14 WIB
Akhir tahun, imbal hasil obligasi bakal turun


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Survei Standard & Poor’s (S&P) mengungkapkan bahwa ada ancaman tumpukan utang luar negeri swasta Indonesia. Analis memprediksi, sentimen tersebut tak akan berpengaruh banyak terhadap pasar obligasi dalam negeri.

Sehingga yield Surat Utang Negara (SUN) diprediksi tetap membaik pada akhir tahun 2015. Beberapa waktu lalu, S&P menyebutkan bahwa utang luar negeri korporasi Indonesia tumbuh dua hingga tiga kali lipat ketimbang utang lokal di periode 2010 – 2014.

Mengacu data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri swasta tahun 2010 mencapai US$ 83,78 miliar. Per Juni 2015, utang luar negeri swasta sudah menggemuk hingga US$ 169,68 miliar.

Tumpukan utang korporasi dalam valuta asing (valas) tersebut memicu ramalan S&P bahwa pembayaran dengan skema refinancing akan menjadi gunung es yang menanti kapal pesiar yang melaju terlalu cepat.

Analis Millenium Capital Management Desmon Silitonga menilai, sentimen tersebut tak akan menekan pasar obligasi. Sebab, emiten di Indonesia sudah melakukan lindung nilai (hedging) guna memitigasi risiko fluktuasi nilai tukar rupiah. Aksi tersebut sesuai dengan Peraturan BI. Sehingga, ramalan S&P tersebut kecil kemungkinan melemahkan kinerja mata uang Garuda lalu menggerus harga obligasi.

Serupa, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar menyebutkan bahwa sentimen tersebut tak akan berdampak langsung ke mata uang rupiah. Ia menerawang, harga obligasi akan kembali tertekan pada September 2015 menyusul kepastian The Fed mengerek suku bunga acuannya. Jika ada titik terang terkait rencana AS tersebut, ia memprediksi yield SUN bertenor 10 tahun akan terangkat hingga 9,5% - 10%.

Saat itu, lanjut Anil, para investor akan tergoda oleh melambungnya yield SUN dalam negeri. Sehingga, dana yang masuk akan membuat harga obligasi kembali terangkat sekaligus menekan yield. Akhirnya, di pengujung tahun 2015, yield SUN tenor 10 tahun diprediksi bertengger pada level 8,5%. Sedangkan obligasi korporasi dengan rating idAAA (Triple A) tenor sama akan berkisar 11,5% - 12%.

Senada, Desmon mengatakan pelemahan rupiah akan mengangkat yield obligasi dalam negeri. Sehingga investor akan tergoda dengan kilauan besaran yield Indonesia. “Tapi, pemerintah bisa buyback SUN. BI juga akan berusaha menahan pelemahan rupiah,” tukasnya.

Apalagi target inflasi Indonesia tahun 2015 yang dipatok 4% (±1%) besar peluang dapat terwujud. Sebab, inflasi dalam negeri per Agustus 2015 hanya berkisar 0,39%.

Walhasil, Desmon memproyeksikan di akhir tahun 2015, harga obligasi akan membaik sehingga yield SUN tenor 10 tahun akan menyusut di level 8,5%.

Pada Kamis (3/9), harga SUN seri acuan bertenor 10 tahun tercatat turun 0,53% ketimbang hari sebelumnya menjadi 97,139. Dus, yield FR0070 naik dari semula 8,77% menjadi 8,86%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×