Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar obligasi yang rentan terkoreksi menjadi alasan investor berburu Surat Utang Negara (SUN) bertenor pendek. Hal ini terlihat pada lelang SUN pada Selasa (1/9). Dalam lelang kemarin, total penawaran yang masuk senilai Rp 16,38 triliun.
Nilai tersebut lebih rendah ketimbang lelang SUN dua pekan lalu (18/8) yang meraup penawaran Rp 20,88 triliun. Pemerintah menyerap surat utang sesuai target indikatif Rp 10 triliun. Ada lima seri yang dimenangkan.
, seri SPN03151202 yang jatuh tempo 2 Desember 2015 diserap Rp 1 triliun dengan yield rata-rata tertimbang 5,86% dan imbalan diskonto. Total penawaran yang masuk mencapai Rp 2,95 triliun. Kedua, seri SPN12160902 yang jatuh tempo pada 2 September 2016 diserap Rp 1,5 triliun, dengan yield rata-rata tertimbang 6,73% dan imbalan diskonto. Total penawaran yang masuk Rp 3,24 triliun.
Ketiga, seri FR0053 diserap Rp 3,8 triliun. Obligasi yang jatuh tempo pada 15 Juli 2021 ini mendapatkan penawaran Rp 4,36 triliun. Keempat, seri FR0056 diserap Rp 2,9 triliun yang jatuh tempo pada 15 September 2026. Total penawaran yang masuk mencapai Rp 3,79 triliun.
Kelima, seri FR0072 diserap Rp 0,8 triliun yang jatuh tempo pada 15 Mei 2036. Total penawaran yang masuk mencapai Rp 2,03 triliun.
Analis obligasi BNI Securities I Made Adi Saputra menyebutkan, investor cukup agresif dalam lelang SUN kali ini. Sebab, persediaan SUN di pasar primer kian menipis. "Target penerbitan SUN kuartal ketiga sudah hampir tercapai, sisa Rp 1 triliun lagi," tuturnya.
Sedangkan jumlah penawaran yang lebih rendah ketimbang lelang SUN sebelumnya menunjukkan, investor berhati-hati masuk ke pasar primer obligasi. Sebab, pelemahan nilai tukar rupiah masih mengintai pergerakan surat utang domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News