Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) mencatatkan penurunan pada top dan bottom line akibat aktivitas konstruksi yang lebih lambat selama kuartal I-2025. Risiko tingkat utang menjadi salah satu pemberat langkah PTPP sepanjang tahun ini.
Pada tiga bulan pertamanya tahun ini, PTPP hanya berhasil mengantongi pendapatan sebanyak Rp 3,51 triliun, turun 23,9% secara tahunan (YoY) dan 39,6% secara kuartalan (QoQ).
Analis Panin Sekuritas Aqil Triyadi mengatakan, penurunan tersebut terjadi akibat melambatnya aktivitas konstruksi, mengingat momentum Ramadan dan Lebaran jatuh pada periode ini.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Pilihan untuk Emiten Multi Bagger Ini
Alhasil, pendapatan jasa konstruksi, kontributor utama yang menyumbang hingga 82% topline perseroan, turun 24,3% secara YoY ke level Rp 2,9 triliun.
Aqil turut mencermati soal turunnya laba operasional sebesar 34,9% secara YoY ke level Rp 214 miliar.
“Itu akibat adanya miscellaneous expense sebesar Rp 314 miliar,” sebutnya dalam riset 23 Mei 2025.
Asal tahun saja, nilai miscellaneous expense alias beban lain-lain ini membengkak hingga 513% secara YoY.
Di samping itu, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menyoroti lonjakan beban keuangan sebesar 42,2% secara YoY akibat utang berbunga, serta penurunan nilai aset sebesar Rp 74,2 miliar.
“Itu yang mendorong melemahnya kinerja kuartal I-2025 PTPP,” kata Sukarno kepada Kontan, Rabu (2/7).
Alhasil, laba bersih yang berhasil dikantongi PTPP ikut terkoreksi hingga 37,2% secara YoY ke level Rp 59 miliar.
Sukarno menyebut, tekanan biaya dari suku bunga tinggi serta utang berbunga menjadi salah satu katalis yang perlu dicermati investor. Sebagai gambaran, PTPP mencatatkan jumlah liabilitas sebesar Rp 41 triliun per 31 Maret 2025, turun tipis 0,46% dari posisinya per 31 Desember 2024.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) yang Jaga Pendapatan
Terkait posisi utangnya ini, manajemen menyebut akan menempuh sejumlah langkah strategis untuk menyiasatinya.
Di antaranya dengan melepas sekitar 40% kepemilikan pada Jalan Tol Semarang-Demak begitu proyek selesai pada 2027 mendatang, serta menjual aset tak terpakai di anak usahanya.
Di tengah risiko tekanan margin, Sukarno memandang saham PTPP masih cenderung positif. Ia merekomendasikan hold untuk saham PTPP dan memasang target harga akhir tahun di level Rp 450, dengan patokan support di level Rp 418.
Pun, Aqil bilang beban biaya yang masih tinggi bakal terus menekan kinerja keuangan PTPP. Makanya, ia juga merekomendasikan hold untuk saham ini dengan target harga akhir tahun di level Rp 440 per saham.
Selanjutnya: Nilai Ekspor Indonesia Naik 9,68% yoy Capai US$ 24,61 Miliar pada Mei 2025
Menarik Dibaca: Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Perlu Proteksi Kehidupan Sejak Dini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News