kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada enam obligasi korporasi baru pada Maret ini, seperti apa prospeknya?


Kamis, 19 Maret 2020 / 20:38 WIB
Ada enam obligasi korporasi baru pada Maret ini, seperti apa prospeknya?
ILUSTRASI. Obligasi. KONTAN/Baihaki/9/8/2016


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Korporasi berbondong-bondong menerbitkan surat utang baru-baru ini. Merujuk Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per hari ini, Kamis (19/3) setidaknya sudah terdapat enam korporasi yang menerbitkan obligasi dan sukuk.

Keenam perusahaan tersebut adalah PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Bank Victoria International Tbk (BVIC), PT Astra Sedaya Finance, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Jika dihitung, nilai obligasi yang diterbitkan berkisar Rp 5,20 triliun.

Baca Juga: Kondisi sedang bergejolak, sejumlah perusahaan tetap terbitkan obligasi

Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana melihat prospek penerbitan obligasi korporasi masih cukup baik. Kendati demikian, Fikri tak menyangkal bahwa saat ini tengah ada sedikit tekanan bagi para penerbit obligasi.

“Tekanan ini berasal dari kenaikan yield serta kemungkinan cash flow individu masing-masing perusahaan. Cash flow kemungkinan akan tertekan seiring dengan nilai tukar rupiah yang terus melemah,” ujar Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/3).

Setali tiga uang, Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menyebut dengan naiknya yield obligasi korporasi, besar kemungkinan ketika obligasi tersebut listed, harganya akan terkoreksi.

“Tapi seharusnya koreksinya tidak akan sedalam seperti di pasar saham. Sementara dari segi fundamental, nama-nama korporasi di atas seharusnya tidak akan kena impact terlalu besar dari kondisi sekarang,” terang Dimas.

Lebih lanjut, Dimas melihat peminat obligasi korporasi masih cukup banyak karena pricing yang sudah ada. Investor pun sudah place demand mereka dan sudah dikunci oleh emiten. Dimas menghitung setidaknya 60% dari obligasi korporasi yang diterbitkan sudah oversubscribe.

“Memang agak rendah bila dibandingkan tahun lalu karena 2019 corporate bonds rally terus dan selalu oversubscribed.Tahun ini agak turun karena market sudah expect ada koreksi dan ternyata terbukti,” papar Dimas.

Sementara Fikri menilai prospek permintaan obligasi secara rasional semestinya masih sangat besar. Hal ini seiring dengan yield dan harga yang kompetitif, pilihan aset class lain yang terbatas, serta demand dari institusi dalam negeri masih cukup baik.

Baca Juga: Sarana Multigriya Finansial targetkan penerbitkan obligasi Rp 10 triliun tahun ini

Meski dari sisi permintaan terhadap obligasi dinilai Fikri masih besar, risiko yang membayangi pasar obligasi juga dinilai cukup besar. Fikri menyebut setidaknya terdapat dua risiko yang tengah membayangi pasar obligasi.

“Demand dari investor luar negeri yang terus berkurang. Ditambah lagi kemungkinan investor yang lebih selektif dalam memilih surat utang korporasi,” sebut Fikri.

Sebagai informasi tambahan, dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI), Gubernur BI Perry Wijoyo menyebut sejak Januari hingga akhir Februari 2020, aliran dana asing yang masuk hingga US$ 5 miliar. Namun, dari Februari hingga 17 Maret 2020, dana asing yang masuk ke Indonesia hanya tersisa US$ 360 juta.

Berikut keenam penerbit obligasi beserta instrumen obligasinya:

1. PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) dengan instrumen Obligasi Berkelanjutan III Mandala Multifinance Tahap V Tahun 2020. Obligasi ini bernilai Rp 100 miliar dengan tingkat bunga 8,50% serta jatuh tempo pada 12 April 2021.
2. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dengan instrumen Obligasi Berkelanjutan I Barito Pacific Tahap II Tahun 2020. Obligasi ini bernilai Rp 217,48 miliar dengan tingkat bunga 8,60% serta jatuh tempo pada 1 April 2023. Serta instrumen obligasi bernilai Rp 135 miliar dengan tingkat bunga 9,10% yang jatuh tempo pada 1 April 2025..
3. PT Bank Victoria International Tbk (BVIC) dengan instrumen Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Victoria Tahap III Tahun 2020. Obligasi ini bernilai Rp 60 miliar dengan tingkat bunga 11,25% yang jatuh tempo pada 1 April 2027.
4. PT Astra Sedaya Finance dengan instrumen Obligasi Berkelanjutan IV Astra Sedaya Finance Tahap IV Tahun 2020. Obligasi ini bernilai Rp 882 miliar dengan tingkat bunga 5,80% serta jatuh tempo pada 7 April 2021. Serta instrumen obligasi bernilai Rp 1,30 triliun dengan tingkat bunga 7% yang jatuh tempo pada 27 Maret 2023
5. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dengan instrumen Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Bank CIMB Niaga Tahap III Tahun 2020. Tiga instrumen tersebut masing-masing bernilai Rp 332 miliar yang jatuh tempo pada 7 April 2021, Rp 287 miliar yang jatuh tempo pada 27 Maret 2023, Rp 391 miliar 27 Maret 2025. Ketiga instrumen tersebut menggunakan suku bunga floating.
6. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan instrumen Obligasi Berkelanjutan III Tower Bersama Infrastructure Tahap IV Tahun 2020. Obligasi ini bernilai Rp 633 miliar dengan tingkat bunga 6,25% serta jatuh tempo pada 4 April 2021. Serta instrumen obligasi bernilai Rp 867 miliar dengan tingkat bunga 7,75% yang jatuh tempo pada 24 Maret 2023.

Baca Juga: Pemerintah menyebut penjualan SR012 sudah melebihi target indikatif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×