Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan memberlakukan tarif impor sebesar 104% untuk seluruh produk asal China mulai 9 April 2025 sebagai tanggapan atas balasan tarif yang sebelumnya diterapkan oleh China terhadap Amerika Serikat.
Direktur PT Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus menilai dampak perang tarif global ini tak hanya terasa pada harga barang, tetapi juga menekan prospek pertumbuhan emiten di hampir semua sektor. Dua sektor paling terdampak adalah perbankan dan komoditas.
"Semua sektor akan terdampak karena akan berpengaruh terhadap growth emiten secara keseluruhan. Yang paling terkena impact mungkin sektor banking," jelas Daniel pada Kontan, (9/4).
Baca Juga: Tarif Trump Mulai Berlaku, Uni Eropa dan China Siapkan Serangan Balik
Ia menambahkan bahwa ekspor Indonesia ke China yang didominasi komoditas juga berisiko terkena penurunan permintaan. Harga saham emiten energi, logam, dan perkebunan bisa ikut tertekan.
"Ekspor Indonesia ke China sebagian besar berupa komoditas. Jadi akan ada penurunan permintaan untuk emiten tersebut," ujarnya.
Sebagai informasi, beberapa emiten lokal sektor komoditas yang banyak mengekspor ke China seperti tambang, logam, dan kelapa sawit di antaranya adalah PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Selanjutnya: Kuota Impor Komoditas Strategis Bakal Dihapus, Cek Rekomendasi Saham CPIN dan JPFA
Menarik Dibaca: Dominan Berawan, Berikut Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (10/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News