Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harapan itu masih ada bagi harga timah di tahun 2016 mendatang. Diduga harga akan kembali bergulir menguat dengan harapan perbaikan ekonomi global ikut menunjang permintaan yang ada.
Mengutip Bloomberg, Senin (14/9) harga timah naik 0,45% ke level US$ 15.600 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Cui Lin, Chief Representative of ITRI China dalam presentasinya di Pullman Central Park, Jakarta, Selasa (15/9) menduga harga timah di tahun 2016 bisa berada di kisaran US$ 18.000 per metrik ton. Ini sejalan dengan prediksi bahwa stok timah di pasar global akan ikut mengempis.
"Salah satu yang memicu penurunan stok global adalah regulasi ekspor timah di Indonesia," kata Cui Lin. Meski tidak lantas signifikan tapi cukup mempengaruhi minimnya stok di pasar.
Ketatnya aturan di Indonesia akan mempengaruhi produksi timah di Indonesia. sementara dari China sendiri sejak tahun 2015 ini sudah diterapkan aturan yang ikut menekan produsen timah.
"Ada aturan bagi penambang logam termasuk timah untuk menerapkan metode kerja ramah lingkungan," jelas Cui Lin.
Penerapan kebijakan ramah lingkungan ini sulit diterapkan oleh perusahaan tambang kecil hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar. Jadi akan ikut menekan produksi di China.
Selain itu faktor lain tentunya dengan perbaikan ekonomi China yang perlahan pulih dan stabilnya perekonomian global setelah The Fed menaikkan suku bunga. "Itu akan menopang permintaan meningkat di saat suplai ekspor di pasar turun," jelas Cui Lin. Dengan pulihnya perekonomian global, diprediksi permintaan akan tumbuh 2% - 3%.
Ini mendasari prediksi Cui Lin bahwa harga timah global mengacu pada London Metal Exchange bisa bergulir di antara US$ 16.000 - US$ 22.000 per metrik ton sepanjang tahun 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News