Reporter: Nur Qolbi | Editor: Adi Wikanto
Aksi jual ini juga bukan termasuk sikap antisipasi investor asing atas kebijakan tapering off yang rencananya akan dilaksanakan bank sentral Amerika Serikat mulai akhir November 2021. "Secara month to date, investor asing masih mencatatkan net buy Rp 3,86 triliun dan secara year to date masih net buy Rp 42,75 triliun. Jadi, efek tapering sepertinya sudah diantisipasi oleh para pelaku pasar," ucap Yaki kepada Kontan.co.id, Kamis (18/11).
Penurunan harga yang terjadi pada saham-saham di atas juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Sebut saja harga saham SMGR, ITMG, ADRO, dan PTBA yang terkena dampak fluktuasi harga batubara.
Lalu harga saham BBCA dan BBRI turun karena terkena aksi profit taking setelah ex date dividen interim. Sedangkan penurunan harga saham CPIN dan BUKA disebabkan oleh kinerjanya yang masih cenderung stagnan.
Menurut Yaki, pelaku pasar tidak perlu mengkhawatirkan aksi jual asing ini. Sebaliknya, penurunan harga yang terjadi dapat menjadi kesempatan untuk beli di area support (buy on weakness) atau bottom fishing jika ada koreksi dalam.
Untuk ke depannya, Yaki melihat saham-saham tersebut akan kembali naik, terdorong oleh sentimen positif window dressing di akhir tahun yang berlanjut dengan January Effect. "Potensi upside masih cukup bagus bisa di atas 5%. Kisaran terdekat bisa 5%-10% hingga akhir tahun," kata Yaki.
Itulah rekomendasi saham pilihan yang selama ini paling banyak dijual oleh investor asing. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Selanjutnya: Harga saham JPFA mulai naik, sekarang saatnya beli atau jual?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News