Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SHANGHAI. Nilai tukar yuan China menguat ke level tertinggi dalam satu setengah bulan terhadap dolar AS pada Selasa (6/5), didorong oleh aksi lepas posisi carry trade serta rotasi aset global dari dolar AS ke mata uang Asia.
Yuan onshore sempat menyentuh level 7,2203 per dolar AS, tertinggi sejak 12 Maret 2025. Pada pukul 0451 GMT (11.51 WIB), yuan diperdagangkan 0,69% lebih kuat di posisi 7,2210 per dolar.
Baca Juga: FOREX-Dollar Slides Against Peers, Weighed Down by Fresh Tariff Worries
Penguatan ini terjadi seiring lonjakan mata uang Asia lainnya seperti dolar Hong Kong, Taiwan, dan won Korea Selatan, menyusul gelombang arus modal keluar dari aset-aset dolar AS.
Ekspektasi positif terhadap potensi kesepakatan dagang antara AS dan China turut menopang penguatan yuan.
Sementara itu, yuan offshore—yang tetap diperdagangkan selama libur Hari Buruh—lebih dulu menembus level psikologis 7,20 per dolar pada Senin (5/5), menyentuh posisi tertinggi sejak November tahun lalu dan terakhir berada di level 7,2136.
Analis menilai bahwa strategi carry trade yang populer—meminjam dalam mata uang berbunga rendah seperti yuan dan dolar Taiwan untuk berinvestasi pada aset dolar yang berbunga lebih tinggi—kini mulai kehilangan daya tarik menyusul pelemahan dolar AS.
Baca Juga: Minimalisir Beban Akibat Pelemahan Rupiah, BUAH Mulai Gunakan Yuan China (RMB)
“Seiring pembalikan tren dolar kuat, eksportir China kemungkinan akan lebih banyak mengkonversi penerimaan devisa mereka ke yuan dalam beberapa bulan mendatang,” kata Gary Ng, Ekonom Senior Natixis.
Ia menambahkan, “Dolar yang lebih lemah bisa menjadi jendela peluang bagi bank sentral China (PBOC) untuk lebih agresif dalam pelonggaran kebijakan moneter, karena tekanan arus modal keluar akan lebih ringan.”
Kondisi ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump pada Minggu (4/5) menyebut pihaknya tengah berdialog dengan banyak negara, termasuk China, terkait kesepakatan dagang. Trump menegaskan bahwa prioritasnya adalah tercapainya kesepakatan yang adil dengan Beijing.
Pemerintah China sendiri menyatakan tengah mengevaluasi tawaran AS untuk kembali menggelar pembicaraan terkait tarif, namun memperingatkan agar Washington tidak menggunakan pendekatan "pemaksaan dan pemerasan".
"Harapan atas dialog AS-China dan sinyal kemajuan menuju kesepakatan memperkuat tema deeskalasi," ujar Christopher Wong, Strategis Valas di OCBC Bank.
Baca Juga: China Manfaatkan Momen Kebingungan dan Gangguan Global untuk Mempromosikan Yuan
Sebelum perdagangan dibuka, PBOC menetapkan kurs tengah yuan di 7,2008 per dolar AS, atau hanya menguat tipis 6 poin dari posisi sebelumnya, meski tetap menjadi level terkuat sejak 7 April.
“Fixing hari ini menunjukkan bahwa PBOC enggan melihat apresiasi tajam yuan,” kata Becky Liu, Kepala Strategi Makro China di Standard Chartered.
Menurut Liu, kinerja yuan yang relatif tertinggal dibanding mata uang regional kemungkinan akan berlanjut, terutama karena permintaan valas dari perusahaan China yang terdaftar di luar negeri untuk pembayaran dividen serta ketidakpastian dalam relasi dagang AS-China.
“Pemerintah China tidak ingin melihat yuan menguat terlalu cepat. Seperti terlihat dari data PMI terbaru, perang dagang jelas memberikan dampak, dan yuan masih menjadi salah satu alat untuk mengimbangi tekanan eksternal selain stimulus fiskal dan moneter,” pungkasnya.
Selanjutnya: Jaga Kinerja, Begini Strategi Bisnis Elang Mahkota Teknologi (EMTK) di 2025
Menarik Dibaca: Waspadai Ancaman Siber! Begini Cara Aman Bertransaksi dengan Perbankan Digital 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News