Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Streeet ditutup melorot pada akhir perdagangan Senin (10/3), karena perang tarif yang tak henti-hentinya. Meningkatnya kecemasan dari kemungkinan penutupan pemerintah federal juga menimbulkan kekhawatiran bahwa ekonomi AS bisa terpuruk ke jurang resesi.
Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 890,01 poin, atau 2,08% ke level 41.911,71, S&P 500 turun 155,64 poin, atau 2,70% ke level 5.614,56 dan indeks Nasdaq Composite turun 727,90 poin, atau 4,00%, ke level 17.468,32.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 18,77 miliar saham dengan rata-rata 16,42 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Baca Juga: Wall Street Jatuh Senin (10/3), Terseret Perang Dagang dan Saham Tesla Terjun Bebas
Di antara 11 sektor utama S&P 500, saham sektor teknologi mengalami penurunan paling besar, turun 4,4%.
Saham pertumbuhan turun 3,8%, penurunan satu hari terbesar sejak September 2022.
Sahan Tesla anjlok 15,4%, penurunan saham terbesar dalam satu hari sejak September 2020, karena kilau produsen mobil listrik itu meredup setelah pemecatan CEO miliarder Elon Musk dari Departemen Efisiensi Pemerintah dan protes yang timbul dari dukungannya terhadap partai politik sayap kanan di Eropa.
Penjualan besar-besaran minggu sebelumnya kembali terjadi, mengumpulkan momentum seiring berjalannya sesi, dengan ketiga indeks utama AS mengalami penurunan tajam.
Indeks S&P 500 mencatat penurunan harian terbesar sejak 18 Desember dan Nasdaq yang sarat teknologi merosot 4,0%, persentase penurunan harian terbesar sejak September 2022.
S&P 500, yang mengalami penurunan persentase mingguan terbesar sejak September, berada 8,6% di bawah rekor penutupan tertinggi yang dicapai kurang dari sebulan lalu.
Baca Juga: Wall Street Menguat Berkat Saham Energi Jumat (7/3), Pernyataan Powell Jadi Sorotan
Pada hari Kamis, Nasdaq yang sarat teknologi merosot lebih dari 10% di bawah rekor penutupan tertinggi yang dicapai pada 19 Desember, yang mengonfirmasi bahwa indeks tersebut telah mengalami koreksi sejak saat itu.
Indeks S&P 500 yang menjadi indikator utama ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari, level support yang diawasi ketat, untuk pertama kalinya sejak November 2023.
"Ini penurunan material untuk satu hari, tetapi kami melihat penurunan yang normal seperti yang Anda lihat di pasar yang sedang naik," kata Tom Hainlin, ahli strategi investasi nasional di U.S. Bank Wealth Management di Minneapolis.
"Kekhawatiran meningkat dan investor mulai menjauh, tetapi kami belum melihat kekhawatiran pertumbuhan terwujud dalam data."
Pada hari Minggu, Trump menolak mengomentari reaksi pasar yang negatif terhadap tindakan tarifnya yang kadang-kadang tidak berlaku terhadap mitra dagang terbesar AS, dan apakah kecemasan yang terkait dengan perubahan kebijakannya yang tidak menentu dapat mendorong ekonomi yang melemah ke dalam resesi.
HSBC menurunkan peringkat saham AS, dengan alasan ketidakpastian seputar tarif.
Baca Juga: Wall Street Menguat Didorong Komentar The Fed, tapi Masih Melemah dalam Sepekan
Namun, jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom mencerminkan meningkatnya risiko resesi bagi Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko.
Menambah ketidakstabilan, anggota parlemen di Capitol Hill berusaha keras untuk meloloskan RUU belanja untuk mencegah penutupan pemerintah.
Tarif balasan China atas impor tertentu dari AS akan mulai berlaku pada hari Senin, sementara tarif AS atas logam dasar tertentu diantisipasi akhir minggu ini.
Indeks Volatilitas CBOE, yang sering disebut indeks ketakutan di Wall Street melonjak ke penutupan tertinggi sejak Agustus 2024.
Selanjutnya: Ditjen Pajak Revisi Struktur Tarif Efektif PPh
Menarik Dibaca: Daftar Gift Code Ojol The Game 11 Maret 2025 Paling Update di Bulan Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News