Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Indeks utama Wall Street jatuh pada Senin (10/3) setelah komentar Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di akhir pekan memicu kekhawatiran bahwa perang dagang dapat memperlambat ekonomi.
Indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi dan S&P 500 mendekati level terendah dalam lima bulan.
Baca Juga: Ramai-ramai Pemilik Mobil Tesla di AS dan Eropa Ganti Logo ke Audi, Mazda, atau Honda
Melansir Reuters, pukul 09:50 waktu setempat, Dow Jones Industrial Average turun 307,75 poin (0,72%) ke 42.492,47, dan S&P 500 kehilangan 74,89 poin (1,30%) menjadi 5.695,31.
Sedangkan, Nasdaq Composite anjlok 371,78 poin (2,03%) ke 17.826,75.
Saham-saham teknologi dengan kapitalisasi besar mengalami tekanan. Nvidia turun 2,2%, sementara Meta dan Amazon.com masing-masing merosot lebih dari 3%.
Saham Tesla jatuh 7%, mencapai level terendah sejak 5 November, setelah UBS menurunkan proyeksi pengiriman kuartal pertama dan memangkas target harga sahamnya.
Sektor teknologi mengalami penurunan terbesar di S&P 500, melemah 2,6%. Indeks Russell 2000, yang berisi saham-saham perusahaan kecil berbasis domestik, turun 1%.
Di sektor perbankan, saham JPMorgan Chase dan Goldman Sachs anjlok lebih dari 3%, memberikan tekanan pada indeks sektor keuangan yang lebih luas.
Baca Juga: Wall Street Menguat Didorong Komentar The Fed, tapi Masih Melemah dalam Sepekan
Kekhawatiran Resesi dan Kebijakan Perdagangan Trump
Dalam sebuah wawancara pada Minggu, Trump menolak memberikan prediksi apakah AS akan menghadapi resesi.
Pernyataannya muncul di tengah kekhawatiran investor bahwa kebijakan perdagangan yang berubah-ubah terhadap Meksiko, Kanada, dan China dapat menekan permintaan konsumen dan investasi perusahaan.
Pada Senin, China mulai menerapkan tarif balasan terhadap beberapa impor AS, sementara tarif AS untuk logam dasar tertentu dijadwalkan berlaku akhir pekan ini.
"Pasar mengalami periode yang sulit, dan semua ini berpusat pada ketidakpastian terkait tarif," kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di B. Riley Wealth.
Survei Reuters menunjukkan 91% ekonom memperkirakan peningkatan risiko resesi akibat kebijakan perdagangan Trump yang tidak stabil. HSBC juga menurunkan peringkat saham AS karena ketidakpastian tarif.
Baca Juga: Trump Peringatkan Ancaman Terbesar bagi Umat Manusia yang Bisa Menghancurkan Dunia
Pasar Saham AS Tertekan, Nasdaq dalam Tren Koreksi
S&P 500 mencatatkan penurunan mingguan terbesar sejak September pada perdagangan Jumat lalu. Pada Senin, Nasdaq turun lebih dari 10% dari level tertinggi Desember, menandakan koreksi pasar.
Indeks CBOE Volatility—yang mengukur volatilitas pasar—berada di level tertinggi sejak Desember, mencerminkan ketidakpastian investor.
Para pelaku pasar kini menantikan data penting seperti inflasi, jumlah lapangan kerja, dan kepercayaan konsumen yang akan dirilis pekan ini.
Pada Jumat lalu, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa fundamental ekonomi AS masih kuat, tetapi tetap berhati-hati dalam menurunkan suku bunga.
Federal Open Market Committee (FOMC) akan menggelar pertemuan minggu depan, dengan ekspektasi suku bunga tetap tidak berubah hingga pertengahan tahun, menurut data LSEG.
Baca Juga: Hanya Sekitar 4% Populasi Dunia yang Memiliki Bitcoin di Tahun 2025
Saham China dan Kripto Ikut Terseret
Saham perusahaan China yang terdaftar di AS juga ikut tertekan. Alibaba turun 3,1%, sedangkan Bilibili anjlok 5% setelah data ekonomi dari China memicu kekhawatiran terhadap pemulihan ekonomi negara tersebut.
Saham-saham kripto juga merosot mengikuti harga Bitcoin yang melemah. MicroStrategy jatuh 10%, Coinbase turun 9%, dan Riot Blockchain melemah 5,2%.
Selanjutnya: BYD Resmikan 4 Diler Secara Serentak, Berikut Lokasinya
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (11/3): Cerah hingga Hujan Berawan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News