Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup bervariasi dengan dua indeks utama melemah. Di mana, indeks S&P 500 koreksi setelah pembacaan inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih panas dari perkiraan menambah kekhawatiran bahwa Federal Reserve tidak akan segera memangkas suku bunga.
Rabu (12/2), indeks S&P 500 ditutup melemah 0,27% ke level 6.051,97, indeks Nasdaq Composite menguat 0,03% ke 19.649,95 dan indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,50% menjadi 44.368,56.
Dari 11 indeks sektoral pada S&P 500, sembilan mengalami penurunan, dipimpin oleh sektor energi yang anjlok 2,69%. Diikuti oleh koreksi 0,91% di sektor real estat.
Pada sesi ini, saham Nvidia dan Amazon merosot lebih dari 1%. Kedua raksasa komputasi AI tersebut membebani S&P 500.
Harga konsumen AS meningkat pada bulan Januari ke level paling tinggi dalam hampir 1,5 tahun. Ini memperkuat pesan The Fed untuk tidak terburu-buru untuk melanjutkan pemotongan suku bunga.
Lonjakan harga memberikan catatan peringatan terhadap dorongan Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif pada barang impor, yang oleh para ekonom dianggap inflasi.
Baca Juga: Wall Street Anjlok, Rilis Data Inflasi Memupus Harapan Pemangkasan Suku Bunga
Suku bunga berjangka sekarang menunjukkan pedagang melihat sekitar 70% peluang The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi pada akhir tahun 2025, turun dari sekitar 80% peluang pada hari Selasa, menurut CME Fedwatch.
"Pasar mencerna bahwa The Fed mungkin tidak akan memangkas sama sekali. Itulah sebabnya pasar saham turun, kata Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.
Di sisi lain, saham CVS Health melonjak 15% setelah konglomerat perawatan kesehatan itu mengalahkan estimasi laba kuartal keempat, mengisyaratkan peningkatan kinerja di bawah CEO baru David Joyner.
Sejalan, saham Gilead Sciences juga melesat 7,5% setelah perusahaan bioteknologi itu memperkirakan laba tahun 2025 di atas analis perkiraan.
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell memulai hari kedua kesaksiannya di hadapan Kongres pada hari Rabu. Pada hari Selasa (11/2), ia menegaskan kembali kepada Komite Perbankan Senat bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lagi.
Pembacaan bulan Januari adalah pembacaan inflasi terakhir sebelum dampak langsung dari langkah-langkah tarif Trump, yang mulai berlaku bulan ini.
Penasihat perdagangan Trump sedang menyelesaikan rencana untuk tarif timbal balik pada setiap negara yang mengenakan bea atas impor AS.
Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai "pengukur rasa takut" Wall Street, melonjak ke level tertingginya dalam seminggu.
Baca Juga: Trump Siapkan Tarif Balasan, Ketegangan Perang Dagang Meningkat
Imbal hasil US Treasury melonjak setelah data inflasi, dengan imbal hasil pada obligasi 10 tahun mencapai level tertingginya dalam lebih dari dua minggu.
Selain itu, saham Lyft turun 8% setelah perusahaan taksi daring itu memperkirakan pemesanan kotor kuartal saat ini di bawah perkiraan.
Dalam perdagangan lanjutan, saham Robinhood Markets melonjak 5% setelah platform perdagangan saham tersebut melaporkan pendapatan kuartalan di atas ekspektasi analis, didorong oleh aktivitas perdagangan yang hingar bingar menyusul kemenangan pemilihan presiden Trump pada bulan November.
Selanjutnya: Presiden Prancis Bakal Kunjungi Indonesia Mei 2025, Ini Informasinya
Menarik Dibaca: Inilah Gift Code Ojol The Game 13 Februari 2025 Paling Baru dari Codexplore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News