Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street bergerak berlawanan pada perdagangan Rabu (17/7). Indeks S&P 500 dan Nasdaq anjlok pada hari Rabu karena anjloknya saham-saham microchip dalam menghadapi potensi peningkatan konflik perdagangan Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok. Penurunan ini memperburuk rotasi saham-saham terkait teknologi megacap yang sedang berlangsung.
Rabu (17/7), Indeks S&P 500 merosot 78,93 poin atau 1,39% menjadi 5.588,27. Nasdaq Composite anjlok 512,42 poin atau 2,77% menjadi 17.996,93. Sementara Dow Jones Industrial Average naik 243,6 poin atau 0,59% menjadi 41.198,08.
Sebuah laporan bahwa pemerintahan Joe Biden sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan yang ketat terhadap Tiongkok membuat saham microchip turun 6,8%. Ini adalah penurunan satu hari terbesar indeks Philadelphia SE Semiconductor sejak Maret 2020.
Penurunan kelompok saham "Magnificent 7", yang dipimpin oleh Nvidia dan Apple, menyeret Nasdaq 2,8% lebih rendah.
Baca Juga: Harga Saham Top 4 Big Cap Turun Saat IHSG Stagnan
Dow Jones Industrial Average, yang hingga beberapa hari terakhir kinerjanya di bawah dua indeks lainnya tahun ini, mempertahankan sedikit keuntungan. Bahkan, indeks saham blue chip ini mencatat rekor penutupan tertinggi ketiga berturut-turut.
Rata-rata saham blue-chip mendapat dorongan dari Johnson & Johnson, UnitedHealth Group dan, berlawanan dengan sektor chip yang sedang lesu, Intel Corp.
"(Aksi jual) didorong oleh tekanan di sektor chip, dan untuk pertama kalinya, kami benar-benar melihatnya meluas hingga skala kecil," kata Michael Green, kepala strategi di Simplify Asset Management di Philadelphia kepada Reuters.
“AS semakin banyak berbicara mengenai tindakan keras (terhadap Tiongkok), yang telah memperburuk ketegangan yang sudah dimulai,” tambah Green. Dia menyebut, banyak sektor yang terbengkalai kini mengalami pembelian yang selektif.
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah, Begini Proyeksi Esok Hari
Saham kecil Russell 2000 yang melonjak 11,5% dalam lima sesi sebelumnya, mengakhiri kenaikan terpanjangnya dalam lebih dari empat tahun. Lonjakan ini didorong oleh minat baru terhadap saham-saham dan sektor-sektor yang dinilai terlalu murah.
Menandai peningkatan kecemasan investor, indeks Volatilitas Pasar CBOE sempat mencapai level tertinggi dalam enam minggu.
Pada hari Rabu, Federal Reserve merilis Beige Book, yang menunjukkan aktivitas ekonomi AS berkembang dengan kecepatan sedang dari akhir Mei hingga awal Juli. Tetapi, The Fed melaporkan tanda-tanda pasar tenaga kerja terus melemah.
“Narasinya telah sedikit berubah,” kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services di Hammond, Indiana. "Perekonomian sepertinya berada pada jalur menuju soft landing, dan oleh karena itu mari kita membeli saham-saham yang sensitif secara ekonomi," ujar dia.
Baca Juga: Wall Street Melorot, Dipicu Aksi Jual Saham Teknologi
Pasar keuangan telah memperhitungkan kemungkinan 93,5% bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September, menurut alat FedWatch CME.
Namun sejumlah pejabat bank sentral lebih memilih untuk menunggu data lebih jauh yang bisa mengonfirmasi penurunan berkelanjutan inflasi meskipun mengakui bahwa bank sentral semakin dekat dengan penurunan suku bunga.
Musim laporan laba kuartal kedua semakin meningkat, dengan Johnson & Johnson membukukan laba dan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan. Kinerja positif emiten ini didorong oleh penjualan obat-obatan yang kuat.
Di antara 11 sektor utama S&P 500, teknologi dan jasa komunikasi mengalami persentase penurunan terbesar. Sementara sektor kebutuhan pokok memimpin kenaikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News