kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45921,90   12,59   1.38%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street melesat di awal pekan, penurunan yield US Treasury mengangkat pasar saham


Selasa, 25 Mei 2021 / 06:00 WIB
Wall Street melesat di awal pekan, penurunan yield US Treasury mengangkat pasar saham
ILUSTRASI. Senin (24/5), tiga indeks utama Wall Street menguat dengan indeks pada teknologi Nasdaq memimpin kenaikan.


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street menguat pada perdagangan awal pekan. Senin (24/5), tiga indeks utama Wall Street menguat dengan indeks pada teknologi Nasdaq memimpin kenaikan.

Nasdaq Composite melesat 1,41% ke 13.661. Indeks S&P 500 menguat 0,99% ke 4.197,05. Sedangkan Dow Jones Industrial Average menguat 0,54% ke 34.393,98.

Penurunan imbal hasil Treasury AS membantu mengangkat saham-saham mahal di sektor-sektor seperti teknologi karena investor berusaha mengukur lintasan inflasi. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun mencapai level terendah dalam dua minggu, yang juga mendukung pertumbuhan saham bernilai tinggi lainnya. Yield US Treasury tenor 10 tahun turun ke 1,60% pada perdagangan kemarin.

Kekhawatiran inflasi mendingin untuk saat ini. Investor melihat belanja infrastruktur Presiden AS Joe Biden kemungkinan lebih kecil atau tidak dapat memberikan dorongan ekonomi setelah dikurangi ukurannya pada hari Jumat.

Baca Juga: IHSG diproyeksi menguat, simak pergerakan saham ISSP, TOWR dan MEDC

Bill Stone, kepala investasi Glenview Trust di Louisville, Kentucky mengatakan saham-saham penopang pertumbuhan meningkat karena penurunan yield US Treasury pada perdagangan kemarin.

"Investor kembali ke rotasi saham-saham pertumbuhan. Sektor dengan kinerja terbaik saat ini adalah semua saham pertumbuhan," kata Stone.

Harga saham Apple Inc naik 1,33% dan Microsoft naik 2,29%. Kedua raksasa teknologi ini menjadi pengangkat terbesar untuk indeks S&P. 

Baca Juga: Rupiah diprediksi melemah ke Rp 14.500 per dolar AS pada pekan ini, simak katalisnya

Pasar saham bergejolak dalam beberapa pekan terakhir. Investor mempertimbangkan data ekonomi yang kuat dan kekhawatiran bahwa kemacetan pasokan dapat menyebabkan kenaikan harga lebih lama dan memaksa Federal Reserve untuk mengurangi stimulus moneter besar-besarannya.

Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan bahwa inflasi akan berada di atas 2% tahun ini dan tahun depan. Tetapi beberapa pejabat Fed, termasuk Bullard, terus mendukung kebijakan bank sentral dalam pernyataan terpisah.

Rilis data konsumsi pribadi AS pada hari Kamis akan menjadi sorotan dari data ekonomi yang diterbitkan minggu ini. Data konsumsi pribadi ini menjadi ukuran inflasi yang disukai Fed.

Baca Juga: IHSG masih rawan koreksi, simak rekomendasi analis untuk perdagangan Selasa (25/5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×