Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Awal tahun 2025 prospek harga energi diperkirakan masih akan lesu lantaran dipengaruhi sejumlah faktor.
Padahal, pekan awal tahun ini, harga komoditas energi cenderung bergerak menguat. Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI naik 1,77% Year to date (Ytd) ke US$ 72,97 per barel dan minyak Brent naik 1,41% ke US$ 75,70 per barel pada Jumat (3/1) pukul 17.30 WIB.
Sementara harga gas alam turun 2,22% Ytd ke US$ 3,54 per MMBtu seiring penurunan 3,14% dalam 24 jam terakhir. Lalu batubara turun 0,52% Ytd ke US$ 124,6 per ton.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyebutkan harga energi pada tahun 2025 akan dipengaruhi peristiwa geopolitik, pemulihan ekonomi, dan pergeseran global menuju energi terbarukan.
Baca Juga: Harga Komoditas Mineral Menguat di Kuartal II 2024, Kinerja Emiten Tambang Melesat
Permintaan listrik global diperkirakan akan tumbuh sebesar 4% pada tahun 2025. Hal itu didorong oleh pemulihan ekonomi dan peningkatan kebutuhan listrik untuk menggerakkan AI dan perluasan kegiatan industri.
"Lanskap energi global pada tahun 2025 akan dibentuk oleh ketegangan geopolitik, ketidakstabilan ekonomi, dan meningkatnya permintaan listrik dari AI dan EV," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/1).
Energi terbarukan diproyeksikan akan terus tumbuh, dengan energi surya dan angin mencetak rekor baru untuk kapasitas dan pembangkitan. Namun, tantangan seperti kelebihan pasokan, kendala infrastruktur, dan pergeseran kebijakan akan memengaruhi pertumbuhan energi terbarukan dan teknologi bersih.
Di sisi lain, kebijakan Trump diperkirakan akan memengaruhi prioritas energi domestik dan internasional. Terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS menambah ketidakpastian geopolitik dan menimbulkan pertanyaan tentang partisipasi AS dalam perjanjian internasional dan tujuan energi.
"Sikap Trump yang pro-energi dapat memacu produksi minyak, tetapi hal itu dapat menurunkan harga minyak, yang pada gilirannya akan membebani saham minyak," kata Sutopo.
Menurut Sutopo, katalis yang mendorong harga minyak, gas alam, dan batu bara pada tahun 2025 dipengaruhi oleh campuran faktor geopolitik, ekonomi, dan lingkungan. Permintaan minyak China diperkirakan akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2025-2027, yang akan membatasi harga minyak.
Gangguan pasokan dari OPEC+ atau sanksi baru terhadap Iran dapat mengganggu stabilitas harga. Agenda energi Trump, termasuk peningkatan produksi minyak turut dapat menyebabkan kelebihan pasokan dan harga yang lebih rendah.
Peningkatan persediaan domestik dan upaya untuk mengurangi ketergantungan impor batubara diperkirakan akan membatasi permintaan. Pergeseran global menuju energi terbarukan dan peningkatan produksi tenaga air di China juga diperkirakan akan memengaruhi permintaan batubara.
"Potensi kenaikan tarif AS di bawah pemerintahan Trump dapat memengaruhi harga batubara," terang Sutopo.
Baca Juga: Harga Komoditas Diprediksi Bergerak Stabil, Berikut Sentimen Penahannya
Di sisi lain, gangguan pasokan apapun dapat menyebabkan lonjakan harga yang signifikan pada gas alam. Dus, permintaan yang tinggi selama musim dingin, terutama di Eropa dan Asia, akan mendorong harga naik dan Kekuatan ekonomi yang berkelanjutan di AS diperkirakan akan mendukung harga gas alam.
Meski begitu, ada potensi awal tahun ini harga energi masih akan cenderung positif. Sutopo memproyeksikan harga gas alam sebesar US$ 3,85 per MMBtu pada kuartal I 2025. Lalu minyak juga diproyeksikan berada dikisaran US$ 73 per barel. Adapun untuk batubara di US$ 127,54 per ton.
Selanjutnya: GLOBAL MARKETS-Dollar Near Two-Year High, Stocks Struggle
Menarik Dibaca: Cara Bijak Investasi di Pasar Saham, Ini Tips dari BNI Sekuritas!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News